Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Istri Pollycarpus: Saya Menjalani Hidup Seperti Tanpa Persiapan

Yosepha Hera Indaswari, kaget ketika suaminya, Pollycarpus Budihari Priyanto mulai menjalani hari-hari sebagai tertuduh pembunuh munir

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in Cerita Istri Pollycarpus: Saya Menjalani Hidup Seperti Tanpa Persiapan
TRIBUNNEWS.COM/Taufik Ismail
Yosepha Hera Indaswari, istri dari Pollycarpus, terpidana kasus pembunuhan aktivis HAM, Munir, sedang membuat kue di rumahnya, Pamulang Permai, Blok B, Tanggerang, Banten, senin (1/12/2014). (TRIBUNNEWS.COM/Taufik Ismail) 

Hera lalu menghubungi rekan-rekannya yang tinggal di Papua dan minta dikirimi buah merah. Hera juga mencari tahu teknik pengolahan buah merah di internet.
"Saya buat ekstrak buah merah. Satu buah merah hanya menghasilkan 150 cc. Saya taruh di botol lalu saya jual," ujar Hera.

Masalah lain muncul. Calon pembeli mencurigai buah merah racikan Hera. "Menjual ekstrak itu berat karena suami saya dituduh meracuni orang, sedangkan saya justru menjual obat (herbal). Tentu saya kesulitan memasarkannya," katanya.

Berkat bantuan tetangga, perlahan-lahan pembeli mulai percaya. Mereka juga menjadi pelanggan tetap. Kepada pelanggan baru, Hera menjelaskan bahwa ia adalah istri Pollycarpus, terpidana kasus pembunuhan Munir.

"Ada pembeli datang ke rumah, lalu saya kasih tahu jika saya ada masalah, saya ceritakan kasus yang menimpa suami saya, sekadar untuk mengingatkan mereka, karena saya takut dijebak," katanya.

Rupiah demi rupiah yang terkumpul dari penjualan ekstrak buah merah itu, kata Hera, digunakan untuk melunasi uang pendaftaran anak sulungnya yang diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Atmadjaya. Uang muka itu sebesar Rp 65 juta.

"Satu botol isi 100 cc ekstrak buah merah saya juga seharga Rp 150 ribu. Dalam sehari saya bisa bikin 10 hingga 20 botol. Jadi, sehari saya bisa dapat Rp 2 juta sampai Rp 3 juta. Uang seperti jatuh dari langit, hingga saya lunasi uang muka anak saya yang masuk fakultas kedokteran," ungkapnya.

Tak lama setelah anak Hera masuk fakultas kedokteran, pamor buah merah  meredup. Maka, dicarilah usaha yang lebih prospektif. Hera kemudian memutuskan untuk menjual virgin coconut oil (VCO) yang saat itu sedang laris.

Berita Rekomendasi

"Saya belajar lagi. Saya juga ke Glodok untuk belanja bahan-bahannya," kata Hera.

Hera yang dibantu dibantu tetangganya menjual VCO seharga Rp 15 ribu per 100 cc. "Untungnya menggiurkan, setiap penjualan Rp 150 ribu, untungnya Rp 120 ribu," kata perempuan asal Yogyakarta itu.

Seperti ekstrak buah merah, pamor VCO juga meredup dan Hera pun menghentikan produksinya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas