Ical: Politik Itu Penuh Kabut dan Menusuk ke Hati
Menurut Aburizal, Indonesia saat ini masih merumuskan diri sebagai negara demokrasi.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aburizal Bakrie yang sering disapa Ical mengaku senang sesekali bisa keluar dari aktivitas politiknya sebagai Ketua Umum Partai Golkar versi Musyawarah Nasional IX di Bali. [BACA: Nurul Arifin Bantah Ical Mulai Ditinggalkan Loyalisnya].
Hal tersebut disampaikan Aburizal saat berkesempatan membuka acara Penghargaan Achmad Bakrie XII di Djakarta Theatre, Jakarta, Rabu (10/12/2014) malam.
"Ini jeda bagi saya yang melegakan dari keterlibatan politik yang ruwet, mudah bercabang dan berubah dalam intensitas tinggi," kata Aburizal.
Menurut Aburizal, Indonesia saat ini masih merumuskan diri sebagai negara demokrasi.
Hal tersebutlah yang terkadang membuat proses politik dan pemerintahan di Indonesia menjadi membingungkan.
"Proses yang terjadi penuh kabut dan menusuk ke hati. Jeda sejenak dari proses seperti itu dan bertemu dengan para ilmuwan adalah rahmat bagi kehidupan saya. Saya sadar hidup ini tidak melulu berurusan dengan politik, pemerintahan, atau kekuasaan," ujar mantan Chairman Bakrie Group ini.
Menurut dia, politik atau kekuasaan bukanlah hal pertama yang harus diutamakan.
Aburizal mengatakan, masih banyak hal lain yang harus dikedepankan, seperti ilmu pengetahuan, seni, ataupun kebudayaan.
"Dengan semua itu, manusia akan menjadi manusia yang utuh dan hakiki. Itu tujuannya Penghargaan Ahmad Bakrie ini diselenggarakan," ujar Aburizal yang baru saja terpilih kembali sebagai Ketua Umum Golkar dalam Munas Bali beberapa hari lalu. [BACA JUGA: Agung Laksono Sebut Ical Tidak Konsisten].
Dalam acara tersebut, akan ada enam tokoh berprestasi yang dianggap layak menerima penghargaan. Mereka adalah Indrawati Gandjar di bidang sains, I Gede Wenten di bidang teknologi, Gunawan Indrayanto di bidang kesehatan, Mundardjito di bidang pemikiran sosial, dan Khoirul Anwar sebagai peneliti muda berprestasi.
Penulis: Ihsanuddin