Logika Sederhana Jokowi Tak Maju Jadi Ketua Umum PDI Perjuangan
"Menteri yang tugasnya adhoc saja dilarang, karena dianggap mengganggu fokus, apalagi dengan jabatan presiden yang tanggung jawabnya lebih luas."
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Survey Cyrus Network menghasilkan kesimpulan Joko Widodo layak menggantikan Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan. PDI Perjuangan pun bereaksi.
"Jokowi tak mungkin maju sebagai ketum. Alasannya, Jokowi sudah menggariskan menteri di kabinetnya dilarang rangkap jabatan di partai," kata Wasekjen PDI Perjuangan Ahmad Basarah di Jakarta, Selasa (16/12/2014).
Basarah tidak mempersoalkan hasil survey tersebut. Namun, ia mengingatkan PDI Perjuangan lebih mengerti urusan rumah tangga internal partai.
"Orang boleh beri pendapat tapi pada akhirnya keputusan penting menyangkut masa depan partai menjadi yuridiksi politik partai," terang Basarah.
"Logikanya sederhana, kalau menteri yang tugasnya adhoc dilarang, karena dianggap mengganggu fokus, apalagi dengan jabatan presiden yang tanggung jawabnya lebih luas dari menteri. Tidak mungkin dia double standar," ujarnya.
Selain itu, Ketua Fraksi PDI Perjuangan di MPR itu menuturkan pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Semarang, Jokowi yang mencalonkan Megawati agar menjadi ketua umum kembali.
"Lalu usulan Jokowi itu diamini peserta rakernas. Jadi saat kongres tinggal ditetapkan Megawati sebagai ketum. Jadi sangat tidak mungkin Pak Jokowi dicalonkan," tuturnya.
Basarah membantah PDI Perjuangan tidak melakukan regenerasi partai. PDI Perjuangan, lanjutnya, dinilai paling sukses dalam hal regenerasi. Ia menyebut kader-kader partai yang duduk sebagai kepala daerah.
"Lalu yang paling top adalah presiden di Indonesia. Menurut saya terlalu menyederhanakan soal kalau regenerasi harus dilihat sebatas pada ketua umum," tuturnya.
Sedangkan mengenai anggapan politik dinasti di tubuh PDI Perjuangan, ia menyebut adanya karakter unik partai. Di mana kekuatan PDI Perjuangan terletak pada pengikut Soekarno dan kelompok marhaen.
"Mereka memilih PDI Perjuangan karena partai ini diurus oleh keturunan Bung Karno. Ini memang kehendak arus bawah bukan oligarki," imbuhnya.
Sebelumnya, Lembaga Survei Cyrus Network menyatakan dukungan publik kepada tokoh muda untuk menjadi ketua umum lebih besar dibandingkan tokoh-tokoh senior partai. Regenerasi partai terlihat dari dukungan kepada Jokowi lebih besar dibandingkan Megawati untuk memimpin PDI Perjuangan.
Berdasarkan hasil survei Cyrus Network pada 1-7 Desember 2014 terhadap 1.220 responden di 122 desa dari 33 provinsi.
"Dibandingkan tokoh-tokoh PDIP lain, dukungan terhadap Megawati untuk menjadi Ketua Umum hanya sebesar 16 persen atau lebih rendah dari Puan Maharani 18 persen dan Jokowi 26 persen," ujar CEO Cyrus Network, Hasan Nasbi di Jakarta, Senin (15/12/2014).
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.