JK: Tak Usah Cari Kunci Gembok, Ambil Pistol, Tembak Gembok Itu
Saya tidak mau tahu bagaimana caranya, malam ini kumpulkan semua obat yang ada di Jakarta untuk segera angkat kesana dengan Hercules," kata JK.
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - "Saya mau anda semua di ruangan ini berpikir bahwa ribuan rakyat Aceh meninggal, dan ribuan rumah hancur, ini bukan bencana biasa," kata Jusuf Kalla (JK) dihadapan sejumlah menteri saat memimpin rapat soal penanganan Tsunami Aceh pada 26 Desember 10 tahun lalu.
Di buku "Ombak Perdamaian," karya Fenty Effendy, dituliskan bahwa JK sempat kecewa karena pemerintah hanya punya persediaan 8 ton obat-obatan. Padahal dari laporan di lapangan, setidaknya dibutuhkan 12 ton obat-obatan.
"Saya tidak mau tahu bagaimana caranya, malam ini kumpulkan semua obat yang ada di Jakarta untuk segera angkat kesana dengan Hercules. Harus berangkat pukul lima pagi," kata JK kepada pejabat yang mewakili Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari yang tengah berada di luar kota.
"Tapi ini kan sudah tengah malam pak. Semua gudang dan tempat penyimpanan barang sudah terkunci dan pemegang kuncinya kami tidak tahu tinggal di mana," ujar sang pejabat.
Plok! JK pun menepuk Meja karenca kecewa. Ia mengatakan "Apa yang ada di pikirkan saudara ini? Rakyat anda menderita begini masih saja bicara soal gembok. Sekarang, berikan alamat gudang-gudang penyimpanan tersebut. Tak usah cari yang pegang kunci gembok. Ambil pistol, tembak gembok itu,"
JK lalu bertanya soal persediaan makanan ke sang pejabat Kementerian Kesehatan itu, lalu dijawab bahwa kementerian sudah menyiapkan mi instan dalam jumlah banyak untuk di belanjakan di Medan yang situasinya masih normal. Namun sang pejabat mengeluhkan soal birokrasi.
"Masalahnya pak kami tidak mudah mengeluarkan uang tunai karena ada proses mekanismenya," kata sang pejabat.
Plok! JK kembali menepuk meja karena kecewa.
"Keluarkan uang tersebut malam ini, dan bawa besok pagi-pagi ke Medan. Di sana saudara beli mi dan langsung bawa ke Aceh. Saya adalah Wapres, dan saudara adalah pegawai negeri. Saudara jalankan perintah ini, saya yang bertanggungjawab atas segala persoalan yang akan timbul di kemudian hari. Saya yang masuk penjara, bukan saudara," kata JK marah.
Di rapat tersebut JK juga memperingati pejabat lain yang hadir, untuk tidak lagi mempermasalahkan prosedur, atau mengeluhkan hal-hal yang tak substansial. JK pun meminta para pejabat yang tidak bisa bekerja maksimal untuk mundur.
"Saya tidak mau dengar kata tidak bisa karena alasan prosedur. Itu kalau situasinya normal. Sekali lagi saya ingatkan, bagi yang tidak bisa ikut dengan ukuran ini, silahkan mengundurkan diri," ujarnya.