Siarkan Jenazah Mengapung di Laut, Dunia Internasional Sorot TV Indonesia
Stasiun televisi berbasis di Singapura, Channel News Asia, bahkan sampai melayangkan permohonan maaf kepada para pemirsa
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia sedang menjadi perhatian dunia internasional. Tidak hanya karena tragedi hilangnya pesawat AirAsia QZ8501 pada Minggu (28/12/2014), tetapi juga karena peliputan sejumlah stasiun televisi yang secara close up tanpa disamarkan memperlihatkan jenazah mengapung di laut.
Stasiun televisi berbasis di Singapura, Channel News Asia, bahkan sampai melayangkan permohonan maaf kepada para pemirsa terkait hal ini. Sebab, stasiun TV yang dimiliki MediaCorp itu turut menyiarkan secara langsung. Pihak pemilik stasiun T itu mengaku mengambil siaran langsung dari stasiun televisi nasional.
"We Apologise for graphic images on our TV feed that were inadvertently shown from a live feed, taken directly from an Indonesian TV station," tulis akun twitter @ChannelNewsAsia. (Baca juga: Keluarga Menerima Konfirmasi Brutal Nasib Pesawat yang Hilang Itu)
Netizen juga mengungkapkan kekecewaan terhadap sejumlah televisi nasional yang melakukan pengambilan gambar evakuasi korban jenazah AirAsia QZ8501 secara close up tanpa disamarkan. Beberapa di antara mereka berkicau di twitter dan media sosial lainnya.
Sebelumnya, terkait telah ditemukannya pesawat Air Asia QZ 8501, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) terus melakukan pengawasan secara intensif terhadap proses peliputan atau pemberitaan yang dilakukan seluruh stasiun televisi.
Agatha Lily, Komisioner KPI Pusat bidang Pengawasan Isi Siaran, mengatakan terdapat televisi yang melakukan pengambilan gambar evakuasi korban jenazah AirAsia secara close up tanpa disamarkan.
"Ini jelas-jelas melanggar prinsip jurnalistik, norma kesopanan dan kaedah-kaedah yang berlaku di negara ini. Praktik jurnalistik macam ini sangat tidak beretika dan tidak berperikemanusiaan," kata Agatha.
KPI mengecam lembaga penyiaran yang secara serampangan telah mengeksploitasi korban untukeperluan tayangan dengan dalih eksklusivitas dan aktualitas berita. "Sungguh sebuah kemunduran praktik jurnalistik di Indonesia telah dipertontonkan di layar kaca," kata Agatha.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.