Pilot Menantang Cuaca Buruk Evakuasi Jenazah
Sulitnya medan ini tak membuat tim gabungan Basarnas melakukan evakuasi dua jenazah penumpang pesawat AirAsia dari atas KRI Bung Tomo.
Penulis: Rahmat Patutie
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rahmat Patutie dari Pangkalan Bun
TRIBUNNEWS.COM, PANGKALAN BUN - Helikopter Dolphin buatan Perancis dilengkapi dengan radar cuaca menerjang awan gelap pekat di atas perairan Selat Karimata, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
Helikopter yang mengangkut tim gabungan Basarnas itu berupaya mendekati Kapal Republik Indonesia (KRI) Bung Tomo untuk mengevakuasi dua jenazah penumpang pesawat AirAsia.
Ketika berada di atas ketinggian 5.000 kaki, sang pilot Chandra berani mendekati kapal KRI itu dengan mengandalkan auto pilot yang canggih meskipun sempat bergoyang karena kondisi cuaca buruk dengan curah hujan yang sangat deras.
"Waktu menuju ke KRI Bung Tomo untuk melaksanakan evakuasi terkendala cuaca. Tadi digaetkan dengan KRI kami ikuti prosedur pendekatan dengan (kondisi) cuaca buruk. Kami mengunakan radar gaet untuk kami landing," ujar Chandra, di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Rabu (31/12/2014).
Pria bernama lengkap Chandra Budiarjo ini adalah Kapten Laut Pelaut Pangops Skuadron 400 Wings Udara 2 TNI Aangkatan Laut (AU)
Dia mengatakan, ketika itu ketinggian ombak laut cukup tinggi. Namun, Tim Basarnas dapat mengatasi dengan melihat patokan limit untuk melakukan landing. Pun juga diarahkan oleh radar KRI Bung Tomo untuk bisa mendarat.
"Jadi kami punya kemiringan digrit jadi masih bisa masuk kami masuk limit kami lihat dulu. Yang penting kami tahu limitasi dari pesawat kami mampu berapa lending di derajat berapa. Selama itu masih masuk," kata Chandra.
Helikopter pun landing dan langsung membawa dua jenazah sekaligus yang sudah dibungkus dengan kantong mayat dengan mengunakan tandu. Hal ini demi membawa jenazah untuk di bawah ke Pangkalan Bun kemudian diterbangkan ke Surabaya.
"Kami ambil yang sudah dievakuasi di KRI Bung Tomo jadi kami tinggal ambil saja," imbuhnya.
Dalam helikopter itu diisi tujuh orang, terdiri dari empat dari Basarnas, dan tiga personil dari Kopaska untuk membantu proses evakuasi di bawah laut.
Chandra sudah penerbang sejak 2005 lalu.
Dia mengaku, evakuasi kali ini termasuk yang paling sulit dilaukannya. "Cuma kami terbantu dengan pesawat yang baru awear apibility," usainya.