FDR Black Box Dikawal Ketat Personel TNI dari Laut Hingga Kantor KNKT
Sejumlah anggota TNI dikerahkan untuk pengamanan komponen penting kotak hitam (black box) pesawat AirAsia QZ8501
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, PANGKALAN BUN - Sejumlah anggota TNI dikerahkan untuk pengamanan komponen penting kotak hitam (black box) pesawat AirAsia QZ8501, Flight Data Recorder (FDR).
Sejumlah personel TNI dikerahkan untuk mengamankan benda berukuran sekitar 49x12,5 cm tersebut mulai lokasi pertama temuan di Selat Karimata, Kalimantan Tengah hingga kantor Komite Nasional Keselamatan Transportasi di Jakarta pada Senin (12/1/2015).
Ketua KNKT, Tatang Kurniadi menceritakan, FDR tersebut ditemukan dan diangkat tim penyelam ke kapal Kemenhun, KN Jadayat pukul 07.00 WIB.
Setelah perwakilan KNKT mengecek nomor seri FDR ternyata sesuai FDR pesawat AirAsia QZ8501 yang dicari, komponen pesawat itu dipindahkan ke KRI Banda Aceh yang tidak jauh lokasinya.
Seorang investigator KNKT, Andre dan Direktur Navigasi Perhubungan Laut Kemenhub, Tony Budiono turut mengawal pemindahan FDR itu.
Serah terima FDR dilakukan di atas kapal perang itu dari pihak Kemenhub ke Tatang Kurniadi selaku Ketua KNKT, pimpinan investigasi transportasi nasional. "Dibawa di sana, di serahkan di sana sebagai bukti untuk kepentingan internasional," kata Tatang dalam jumpa pers di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun.
Dari kapal tersebut, Tatang Kurniadi didampingi oleh Panglima TNI Jenderal Moeldoko dan beberapa anggota TNI AL dan AU membawa FDR itu dengan helikopter TNI AL jenis bell ke Lanud Iskandar, Pangkalan Bun.
Setiba di Lanud Iskandar pada pukul 15.30 WIB, sejumlah personel TNI langsung memindahkan FDR hasil temuan ke dalam akurium persegi panjang yang sudah air di dalamnya.
Tatang Kurniadi dan Moeldoko sempat menggelar jumpa pers dengan menunjukkan FDR tersebut ke ratusan awak media massa.
Sekitar pukul 16.30 WIB, akuarium berisi FDR diangkut ke dalam pesawat Boeing 737-400 TNI AL. Di dalam pesawat yang ditumpangi oleh Panglima TNI itu, benda tersebut kembali dimasukkan ke dalam sebuah koper besar.
Tak lama kemudian, Moeldoko dan Tatang Kurniadi memasuki pesawat tersebut dan terbang menuju Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta.
Pengamanan lebih ketat dari personel TNI terhadap FDR tersebut akan diberlakukan saat perjalanan darat dari Bandara Halim Perdanakusumah hingga ke kantor KNKT di Kemayoran, Jakarta Pusat.
Bahkan, sejumlah investigator dan advisor KNKT negara-negara terkait hingga utusan perusahaan pembuat kotak hitam, akan menjadi saksi temuan FDR ini di Jakarta.
"Ini akan segera dibawa ke Jakarta, dari KRI Banda Aceh dibawa naik heli militer, ini nanti akan dibawa dengan pesawat milik TNI AU. Dan akan ada pengamanan dari TNI ke kantor KNKT," kata Tatang.
"Kalau tidak ada saksi, saya akan tunggu datang. Di sana ada dari Prancis satu orang, Singapura satu orang dan lain-lain. Barangkali nanti kami akan minta Mabes TNI dan Kementerian Perhubungan juga," ujarnya.
Menurut Tatang, pengawalan dan pengamanan FDR yang melibatkan unsur TNI adalah untuk menunjukkan kepada dunia internasional tentang keseriusan dan kemampuan Indonesia untuk menyelidiki kasus jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501.
Panglima TNI Jenderal Moeldoko yang turut mendampingi pemindahan FDR ini pun menyatakan siap untuk mengerahkan anak buahnya dalam pengamanan barang tersebut.
Sejauh ini, tim SAR gabungan baru menemukan FDR dari kotak hitam pesawat AirAsia QZ8501. Namun, komponen lain dari kotak hitam, yakni Cockpit Voice Recorder (CVR) masih dalam proses pencarian di dasar laut Selat Karimata.
Kedua benda tersebut adalah bagian dari kotak hitam pesawat dan diduga saling terlepas karena benturan keras. FDR dan CVR merupakan dua komponen penting dari kotak hitam yang diharapkan bisa mengungkap penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 di Selat Karimata pada Minggu, 28 Desember 2014.