Rusdi Kirana: Lion Air Dibenci Tapi Dirindu (5)
My airlines is the worst in the world, but you have no choice.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lion Air kini menjadi sorotan tajam di tanah air hingga dunia internasional gara-gara ribuan penumpangnya terlantar akibat delay berkepanjangan.
Di balik itu semua, Rusdi Kirana sebagai sosok pemilik dibalik maskapai berbiaya murah yang sangat populer itu. Meski kerap dikeluhkan karena seringnya jadwal penerbangan tertunda, maskapai ini tak pernah sepi penumpang. Sesuai dengan logonya, Lion memang makes people fly.
Berikut petikan wawancara wartawati Majalah Angkasa, Reni Rohmawati, dengan Rusdi Kirana tahun 2013. Petikan wawancara ini pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Desember 2013, dengan judul asli “Rusdi Kirana: Sosok Misteri – Who Makes People Fly.”
Apakah itu soal kompetisi?
Kita memang berkompetisi. Saya pernah bilang sama Tony (Fernandez), gua kagum sama you, tapi saya challenge. Who is stronger?
Pertama di Indonesia, ternyata dia cuma punya tiga persen market share, delapan tahun. Terus saya bilang, akan masuk ‘rumahmu’. Orang bilang tak mungkin bikin airlines di Malaysia. Buktinya masuk. You di Thailand, gua juga masuk.
I don’t want to argue, tapi I want to prove it. Kita harus bisa menyimak. Tidak mungkin pisau akan tajam kalau tidak diasah. Tidak mungkin kita pengusaha akan ulet kalau semua lancar.
Kita learn by mistake, learn semua dari tempaan. Dalam hidup ini kita harus bersyukur, kerja yang baik, berkreativitas, berpikir beyond, out of the box, dan berusaha melupakan orang yang membuat kita susah.
Kapan dan apa momen terberat yang pernah Anda alami?
Tahun pertama. Pada saat itu saya punya keuangan sangat limited. Awal tahun 2000 saya harus memberikan deposit kepada lessor Rp6,5miliar, kalau 1 dollar AS adalah Rp10.000, untuk sewa pesawat. Modal saya kan 900.000 dollar AS. Sementara lessor-nya sedang ada masalah dengan maskapai tertentu di Indonesia, yang membuat kita khawatir juga.
Saya punya pilihan, deposit saya kirim ke lessor di AS atau tidak. Direktur saya tak setuju, tapi saya kirim uang saya. Tuhan, saya tak ada pilihan lain. Saya akan kirim uang ini.
Pesawat kemudian datang, tapi seminggu grounded; rusak. Hal kedua terberat adalah kejadian Solo, 30 November 2004 (pesawat MD-82 kecelakaan, yang memakan korban 26 meninggal dunia, Red.). Saya terpukul banget. Di luar itu, saya rasa ada juga, tapi tak sampai ke sanubari.
Apa yang akan Lion Air Group kembangkan untuk masa depan?
(Lion Air Group memiliki maskapai penerbangan: Lion Air, Wings Air, Batik Air, dan Malindo Air di Malaysia, juga air charter Lion Bizjet. Selain itu, sedang dibangun pusat perawatan pesawat terbang –MRO, Maintenance, Repair, Overhaul, di Batam; serta berbagai bisnis lain di luar penerbangan).