Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Peredaran Produk Palsu Tahun 2014 Berpotensi Rugikan Negara Rp 65,1 Triliun

Sekjen MIAP, Justisiari P Kusumah mengatakan, nominal pemalsuan di Indonesia dalam lima tahun terakhir meningkat cukup signifikan hinga 1,5 kali lipat

Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Gusti Sawabi
zoom-in Peredaran Produk Palsu Tahun 2014 Berpotensi Rugikan Negara Rp 65,1 Triliun
Tribun Jabar/Gani Kurniawan
Petugas Sat Narkotika Polrestabes Bandung mengumpulkan sample bahan baku dan kosmetik saat penggerebekan pabrik kosmetik palsu di Jalan Cipaku, Kota Bandung, Selasa (6/1/2015). Pabrik tersebut diduga memalsukan produk kosmetik bermerek yang beredar di dalam dan luar negeri. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Zulfikar

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan (MIAP) melakukan riset dan survei terhadap produk palsu yang beredar di Indonesia pada tahun 2014. Dari hasil survei tersebut terungkap potensi kerugian negara yang cukup besar.

Sekjen MIAP, Justisiari P Kusumah mengatakan, nominal pemalsuan di Indonesia dalam lima tahun terakhir meningkat cukup signifikan hinga 1,5 kali lipat. Pada survei MIAP di tahun 2010 kerugian perekonomian negara PDB Indonesia akibat barang palsu mencapai Rp 43,2 triliun.

"Pada tahun 2014 angka potensial kerugian negara bertambah menjadi Rp 65,1 triliun," kata Justisiari di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (25/2/2015).

Justisiari menuturkan, dari riset dan survei yang dilakukan, pihaknya menemukan tujuh komoditas yang produknya banyak dipalsukan. Menurutnya, tinta printer masih mendominasi produk yang banyak dipalsukan di Indonesia diikuti pakaian palsu, barang dari kulit, software, kosmetika, makanan dan minuman serta produk farmasi.

"Tinta printer mencapai 49,4 persen, pakaian palsu mencapai 38,9 persen, barang dari kulit 37,2 persen, software 33,5 persen, kosmetika 12,6 persen, makanan dan minuman 8,5 persen dan produk farmasi 3,8 persen," tuturnya.

Lebih jauh Justisiari mengatakan, studi MIAP yang bekerja sama dengan FEUI ini tidak hanya pada konsumen akhir, namun juga terhadap konsumen antara yakni para penjual dan retail. Menurutnya, kedua rantai konsumsi ini ini dianggap menjadi hal yang tidak dapat dilepaskan.

BERITA REKOMENDASI

"Mengingat pembelian atau penggunaan barang-barang palsu tidak akan marak jika suplai itu tidak tersedia," tandasnya.

Tags:
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas