Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Wapres JK: Pak Yunus Sudah Bersumpah Rekening Gendut Petinggi Polri Bukan Zamannya

"Pak Yunus Husein bersumpah di depan saya, demi Allah demi Rasul, bahwa isu itu tidak ada. Tidak benar ada isu rekening gendut pada zaman dia,"

Editor: Y Gustaman
zoom-in Wapres JK: Pak Yunus Sudah Bersumpah Rekening Gendut Petinggi Polri Bukan Zamannya
TRIBUN NEWS / DANY PERMANA
Wakil Presiden Jusuf Kalla pada peringatan puncak Hari Guru Nasional di Istora, Senayan, Jakarta, Kamis (27/11/2014). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Presiden Jusuf Kalla sudah mengklarifikasi kepemilikan rekening gendut sejumlah pejabat tinggi Polri ke mantan Ketua Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Yunus Husein.

JK mengaku menemui Yunus sekitar dua minggu lalu di sebuah Masjid. Yunus bersumpah di depannya bahwa isu rekening gendut yang sudah berkembang sejak masih menjabat ketua PPATK tak benar.

"Pak Yunus Husein bersumpah di depan saya, demi Allah demi Rasul, bahwa isu itu tidak ada. Tidak benar ada isu rekening gendut pada zaman dia," terang JK didampingi Tim Sembilan.

Wapres meminta pengajar di Fakultas Hukum Universitas Indonesia itu untuk mengklarifikasi hal tersebut ke publik. Yunus pun langsung mengklarifikasi isu soal kepemilikan rekening gendut milik petinggi Polri.

"Di ralat beberapa waktu kemudian. Ini untuk menjelaskan bahwa apa yang selama ini menjadi latar belakang, semua soal itu tidak benar," sambung JK.

Hal tersebut juga ia sampaikan kepada Tim Sembilan yang menemuinya untuk membicarakan konflik antara Komisi Pemberantasan Korupsi dan Polri, dan tindakan kriminalisasi terhadap petinggi KPK dan para pendukung lembaga anti rasuah tersebut.

Berita Rekomendasi

Sementara itu, Ketua Tim Sembilan Buya Syafii Maarif mengingatkan isu rekening gendut petinggi Polri sudah begitu meluas di masyarakat dan tidak jelas sejauh mana kebenarannya.

"Kita enggak tahu yang sebenarnya, sampai di mana kebenarannya itu. Itu juga yang menyebabkan macam-macam penafsiran. Ini sudah negatif sekali," terang Buya Syafii.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas