Sabam Sirait: Perlu Waktu Mengubah Mental Masyarakat Menjadi Demokratis
Sabam Sirait mendapat anugerah sebagai Bapak Demokrasi Bangsa, pada Minggu malam (22/3/2015) di Musium Nasional.
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -Politisi senior PDI Perjuangan, Sabam Sirait mendapat anugerah sebagai Bapak Demokrasi Bangsa, pada Minggu malam (22/3/2015) di Musium Nasional.
Sejarah perjalanan Sabam dalam memperjuangkan demokrasi begitu panjang. Di masa pemerintahan Soekarno, sebagai aktivis mahasiswa, Sabam sudah sering menyampaikan gagasan-gagasan, bahkan dalam forum-forum mahasiswa sekalipun, di dalam dan luar negeri
Sabam juga dijuluki politisi segala jaman. Sejak pemerintahan jaman Soekarno, hinggga pemerintahan Presiden Jokowi, Sabam masih eksis di dunia politik. Pendiri Partai Demokrat, dalam acara itu kemudian memberikan testimoni untuk Sabam Sirait saat anugerah untuk Sabam diberikan. Menurutnya, Sabam seorang tokoh senior yang patut diteladani oleh generasi politik saat ini. Vence kemudian menyanjung Sabam sebagai seorang yang sudah layak disebut bapak bangsa.
Saat pemerintahan Orde Baru, Sabam berani lantang bersuara. Pada tahun 1992, ketika itu, saat sidang yang dipimpin Ketua DPR Wahono, Sabam mengajukan interupsi, maju ke meja pimpinan, menyuarakan agar Pemilu bisa berlangsung demokratis.
Selama perjalanan karir politiknya, Sabam seakan mengajarkan politik bukan semata menjadi alat untuk mencapai kursi kekuasan, melainkan juga menjadi media perjuangan. Ancaman, godaan dan rintangan apapun sudah ia lalui.
Baginya, perjuangan ia jalani memang keharusan, dan harus disampaikan demi Indonesia yang lebih baik. Baginya, demokrasi secara substansial harus dipahami sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Dan rakyat lah yang menentukan jalannya pemerintahan.
Sabam menilai, perilaku politik sebagian masyarakat belum benar-benar demokratis. Menurutnya, mentalitas Orba yang telah dibangun selama 30 tahun masih ada sampai saat ini. Ia kemudian menyarankan agar dilakukan pendidikan demokrasi, bukan hanya oleh sekolah dan partai politik melainkan juga oleh pemerintah. Baginya, memperjuangkan nilai-nilai demokrasi bukanlah perkara yang mudah.
"Mengubah mental masyarakat menjadi benar-benar demokratis itu memerlukan waktu. Tapi kita harus terus berjuang dan tetap semangat," ujar Sabam Sirait.