Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kongres Jadi Momentum Eratkan Relasi Etik PDIP dengan Jokowi

Menurut Haryadi, setidaknya dari komposisi menteri dan jabatan negara lainnya, PDI Perjuangan mendapat jatah yang tak proporsional.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Kongres Jadi Momentum Eratkan Relasi Etik PDIP dengan Jokowi
Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan
Dari kiri, Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDIP, Puan Maharani, Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri, Presiden terpilih, Joko Widodo, Wakil Presiden terpilih, Jusuf Kalla, Ketua Umum DPP Partai NasDem, Surya Paloh, dan Ketua Umum DPP Partai Hanura, Wiranto menghadiri pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PDIP di Marina Convention Center (MCC), Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (19/9/2014). Pada Rakernas Keempat PDIP ini mengusung tema Berjuang untuk Kesejahteraan Rakyat. (Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dosen Politik FISIP Universitas Airlangga (Unair), Haryadi, menilai Kongres PDI-Perjuangan 9-12 April mendatang di Bali menjadi momentum penting untuk menegaskan relasi antara PDI-Perjuangan dengan Presiden Jokowi.

"Hal ini penting, karena betapa pun PDI Perjuangan menjadi partai pemenang dalam Pilleg 2014 dan menjadi partai pengusung serta pemenang Pilpres 2014, namun PDI Perjuangan tak bisa disebut sebagai partai yang memerintah," kata Haryadi, Selasa (7/4/2015).

Menurut Haryadi, setidaknya dari komposisi menteri dan jabatan negara lainnya, PDI Perjuangan mendapat jatah yang tak proporsional.

Bahkan, kata dia, terkesan relasi antara PDI Perjuangan dengan Presiden yang adalah kadernya sendiri bersifat datar dan cenderung agak berjarak.

"Situasi semacam ini niscaya berakibat buruk bagi pelembagaan dan demokratisasi sistem pemerintahan presidensial. Sistem presidensial merupakan amanah UUD 1945. Upaya penegakan sistem presidensial seharusnya dapat dimulai dengan merekayasa relasi antara partai pengusung (dan pendukung) dengan Presidennya. Dalam hal ini, posisi PDI Perjuangan merupakan "kekuatan etik", bukan kekuatan negara," ujarnya.

Sedangkan posisi Presiden, kata dia, adalah merupakan "petugas partai" untuk kemajuan negara.

Sebagai kekuatan etik, PDI Perjuangan wajib mendorong dan mengingatkan Presiden untuk selalu menyerap ideologi partai dalam program dan kebijakan presiden.

Berita Rekomendasi

Sementara Presiden, sebagai "petugas partai" wajib mengacu ideologi partainya dalam melangkah mengelola pemerintahan negara.

"Hanya dengan cara begitu sistem presidensial akan tegak. Kita berharap kongres PDI Perjuangan di Bali nanti bisa mengeratkan kembali hubungan partai dengan presidennya.

Serta, bisa menegakkan sistem presidensial lewat relasi partai dengan presidennya. Inilah momentum bagi PDI-Perjuangan dan Presiden Jokowi," ungkapnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas