DPD Dorong Tambora Sebagai Kawasan Strategis Nasional
Wakil Ketua DPD Farouk Muhammad menilai peringatan 200 tahun letusan Gunung Tambora - Nusa Tenggara Barat memberikan banyak pelajaran.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Gusti Sawabi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua DPD Farouk Muhammad menilai peringatan 200 tahun letusan Gunung Tambora - Nusa Tenggara Barat memberikan banyak pelajaran. Hal itu terkait dalam meningkatkan kemampuan mitigasi terhadap bencana dan pengelolaan sumber daya alam untuk dapat mendukung percepatan ekonomi Daerah.
“Dua abad yang lalu letusan Gunung Tambora menggoncang dunia, membawa malapetaka bagi ratusan ribu jiwa dan kesehatan manusia ketika itu. Selain itu juga kerugian material seperti ternak maupun bencana alam yang luar biasa hingga belahan bumi lainnya seperti eropa dan asia. Namun di balik kesengsaraan atau mudharat ternyata Tuhan Yang Maha Kuasa kini menganugerahkan manfaat yang banyak dari peristiwa itu, Tambora menjadi perhatian dunia karena keindahan alamnya dan kekayaan ekosistem yang terkandung di dalamnya," kata Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Farouk Muhammad dalam keterangannya, Minggu (12/4/2015).
Farouk yang merupakan senator asli dari Nusa Tenggara Barat (NTB) sangat mengapresiasi perhatian Pemeritah Provinsi NTB dan Pemerintah Kabupaten Dompu yang telah bersinergi dan berkerja keras dalam menyelenggarakan acara "Tambora Menyapa Dunia" untuk menandai dua abad meletusnya Gunung Tambora.
Selain itu, Farouk juga sangat menghargai kesediaan dan komitmen Presiden Joko Widodo dalam menghadiri serta mendukung acara tersebut. Dalam kesempatan tersebut, salah satu dukungan Jokowi dengan menetapkan kawasan Gunung Tambora menjadi Taman Nasional.
Taman Nasional Gunung Tambora berdasarkan catatan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terdiri dari tiga zona, yaitu cagar alam seluas 23.840,81 hektare (ha), suaka margasatwa 21.674,68 ha, dan taman buru seluas 26.130,25 ha. Luas keseluruhan TNGT mencapai 71.645,74 ha (lihat grafik). Adapun kawasan konservasi Gunung Tambora memiliki potensi keanekaragaman hayati.Vegetasi yang tumbuh terdiri dari 106 jenis pohon, 18 jenis epifit, 6 jenis herba, 39 jenis liana, dan 49 jenis perdu. Tak hanya itu, terdapat pula rusa timor (mamalia), biawak, kadal pohon, ular sanca (reptil), kera abu dan lain sebagainya.
“Namun secara pribadi saya masih menyesalkan dalam peraturan tata ruang, Tambora masih dikategarikan sebagai Kawasan Strategis Provinsi, Sementara sesuai karater dan potensi alam, semestinya dapat menjadi Kawasan Strategis Nasional, sebagaimana yang sempat diusulkan kepada Kemeterian Pekerjaan Umum pada tahun 2010/2011. Dengan status tersebut dihrapkan Tambora akan bisa dikelola lebih intensif dan terpadu, sehingga mempunyai daya tarik yang besar baik untuk wisata maupun bisnis," tuturnya.
Farouk memberikan penghargaan yang besar atas peran serta dan dukungan berbagai pihak termasuk media massa yang telah berpartisipasi dengan menginformasikan dan ikut serta mensukseskan acara peringatan 200 tahun meletusnya Gunung Tambora.
“Pelajaran dari Tambora mengingatkan kita semua, betapa dibalik setiap musibah selalu ada hikmah yang tak terduga dan dapat dijadikan pelajaran berharga. Dengan sisi lain kita senantiasa waspada dan prefentif dalam antisipasi bencana dalam bentuk apapun, untuk mengurangi dampaknya,” katanya.
Letusan Gunung Tambora disebut sebagai letusan terdahsyat sepanjang sejarah modern. Ratusan ribu jiwa meninggal dunia. Perkampungan hangus, bencana kelaparan dan kekeringan terjadi di mana-mana.
Di Eropa, matahari tak muncul sepanjang musim panas hingga setahun setelah peristiwa itu terjadi. Material-material letusan Gunung Tambora menutup atmosfer sehingga menghalangi pancaran sinar matahari ke bumi. Gunung yang semula berketinggian 4.300 mdpl tersebut kini menjadi 2.815 mdpl dan memunculkan kaldera seluas 8 km persegi di bawah puncak gunung.