Menerapkan Kawasan Konprehensif untuk Tingkatkan Kualitas Transmigrasi
Keberhasilan program transmigrasi mengatasi masalah kemiskinan bukan sekedar wacana atau klaim tanpa bukti.
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -Keberhasilan program transmigrasi mengatasi masalah kemiskinan bukan sekedar wacana atau klaim tanpa bukti.
Pasalnya, program transmigrasi selama ini memiliki track record yang sangat baik dalam mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran di Indonesia.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Marwan Jafar mengatakan, lebih dari 2,2 juta kepala keluarga atau sekitar 8,8 juta orang warga transmigran berhasil dientaskan dari kemiskinan selama 64 tahun program transmigrasi berjalan.
"Bukti nyata keberhasilan program transmigrasi adalah berkembangnya unit-unit permukiman transmigrasi menjadi sentra-sentra produksi yang menggerakkan ekonomi wilayah sekitarnya, bahkan kawasan tersebut berkembang menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru yang berperan penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan turut menggerakkan perekonomian daerah," ungkap Marwan, di Jakarta, Rabu (29/4/2015).
Marwan menjelaskan, dari pusat pertumbuhan baru tersebut juga telah terbentuk pusat pemerintahan baru, tercatat sebanyak 1.168 desa, 385 kecamatan serta 104 kabupaten/kota baru.
"Bahkan, terdapat dua ibukota provinsi di Indonesia berasal dari unit permukiman transmigrasi, yaitu Mamuju ibukota Provinsi Sulawesi Barat, dan Tanjung Salor atau Bulungan ibukota Provinsi Kalimantan Utara," ujarnya.
"Dapat dibayangkan berapa juta orang penduduk asli di sekitar kawasan transmigrasi yang selama ini juga turut memanfaatkan berbagai peluang usaha dan lapangan pekerjaan baru yang terus tumbuh dari aktifitas perekonomian yang berkembang di kawasan transmigrasi. Mereka pun terentaskan dari kemiskinan dan pengangguran, memiliki penghasilan layak untuk hidup sejahtera bersama keluarga,"imbuh Marwan.
Marwan menegaskan kembali, pihaknya akan meningkatkan kualitas pelaksanaan transmigrasi dengan menerapkan pendekatan transmigrasi berbasis kawasan yang lebih komprehensif.
Tidak hanya berbasis spasial semata atau berdasarkan produk unggulan tertentu, tetapi lebih menekankan pada pemberdayaan masyakat di kawasan transmigrasi secara terintegrasi dengan kawasan sekitarnya.
"Kita tidak semata-mata memindahkan orang untuk mengisi kekosongan wilayah atau sekedar menggarap lahan untuk menghasilkan produk-produk tertentu, tetapi orientasi kita yang paling utama adalah bagaimana mensinergikan dan memberdayakan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA) kita untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi secara lestari dan berkelanjutan," tuturnya.
"Yang mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat di kawasan transmigrasi dan sekitarnya, sehingga masalah kemiskinan secara nyata dapat teratasi," imbuh Marwan Jafar.