Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengamat: Kopassus Harus Waspadai Perang Cyber, Perang Proxy dan Terorisme

Kopassus yang termasuk 5 Pasukan Khusus terbaik di dunia ini memiliki ciri khas kemampuan khusus seperti gerak cepat disetiap medan.

Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Pengamat: Kopassus Harus Waspadai Perang Cyber, Perang Proxy dan Terorisme
Puspen TNI/Puspen TNI
PANGLIMA TNI SIDAK KE GRUP 1 KOPASUS - Membuktikan kesiapan dan kondisi langsung keadaan prajurit di lapangan, Panglima TNI Jenderal TNI Dr. Moeldoko melaksanakan Inspeksi Mendadak (Sidak) ke Grup 1/Eka Wastu Baladika Kopassus Serang Banten, Rabu (11/3/2015). ?Saya selaku Panglima TNI sengaja datang melakukan Sidak ke Markas Grup 1 Kopassus untuk melihat lebih dekat apa yang dilakukan kalian disini serta mengucapkan terima kasih atas sambutannya walaupun didadak. Saya dengan sengaja tidak memberitahu kedatangan ini, karena ingin melihat seperti apa sesungguhnya kesiapan kalian?, kata Jenderal TNI Moeldoko. (Puspen TNI). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Zulfikar

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang termasuk 5 Pasukan Khusus terbaik di dunia ini memiliki ciri khas kemampuan khusus seperti gerak cepat disetiap medan, menembak tepat, pengintaian, perang hutan, buru senyap, survival, para dasar dan anti teror.

Menurut pengamat militer dan intelijen, Susaningtyas Kertopati misi dan tugas Kopassus bersifat rahasia, jadi mayoritas kegiatan tugasnya tak pernah diketahui secara menyeluruh. Tugas Pokok Kopassus yaitu bertugas pokok membantu Kasad dalam membina fungsi dan kesiapan operasional Pasukan Khusus serta menyelenggarakan Operasi Komando, Operasi Sandi Yudha, Operasi Penanggulangan Teror dan Operasi Khusus lainnya terhadap sasaran strategis terpilih baik didalam maupun diluar wilayah yurisdiksi nasional Indonesia sesuai perintah Panglima TNI dalam rangka mendukung tugas pokok TNI.

"Seiring dengan pergeseran ancaman yang dihadapi Pasukan Khusus Militer secara global, Kopassus kini di bawah kepemimpinan Mayjend Doni Monardo perlahan tapi pasti bermetamorfosa menjadi pasukan khusus yang meski pun tetap memiliki ketangkasan dan kehebatan militer khusus serta operasi Sandi Yudha tetapi lebih humanis dan strategis," kata Susaningtyas Kertopati yang akrab disapa Nuning melalui pesan singkatnya, Rabu (29/4/2015).

Menurut Nuning, hal ini dikarenakan adanya kesadaran penuh bahwa era perang tradisional yang mengandalkan otot bisa dikatakan hampir tak ada lagi. Adapun yang kini harus 'diperangi' adalah berbagai ancaman faktual dan gangguan nyata yang berupa perang cyber, perang proxy, terorisme dan lain-lain.

Grup 3 Kopassus bertugas pokok menyelenggarakan Operasi Sandi Yudha dan operasi khusus lainnya terhadap sasaran yang bersifat strategis terpilih dalam rangka mendukung tugas pokok Kopassus.

Sandi Yudha sebagai suatu operasi intelijen dalam tubuh Kopassus kini dituntut lebih piawai dalam melaksanakan operasi yang sifatnya pencegahan, preemptif (penangkalan) dan cipta kondisi.

Berita Rekomendasi

"Bagi Kopassus tak punya musuh, musuhnya adalah musuh negara. Dalam peringatan HUT pada tanggal 29 April Kopassus mengundang beberapa tokoh penting dari berbagai pihak yang di masa lalu 'berhadapan' dengan Kopassus. Rencananya tokoh-tokoh mantan OPM Papua, dari Timor Leste ada ex Falintil, Pasukan Klandestein, Mahasiswa Timtim yang ada di Indonesia," tuturnya.

Jadi bagi Kopassus, kata Nuning bila ada gangguan nyata dan ancaman faktual yang dibunuh kemauan atau hasrat perangnya dan ideologinya yang berbahaya bagi kedaulatan NKRI. Adalah suatu keniscayaan melibatkan masyarakat sebagai agen informal dalam early warning system atau early detection. Ini penting utamanya dalam penanganan terorisme.

"Hal itu menurut saya memang harus demikian karena terorisme/hal sejenis tak mungkin berhenti bila ideologinya tak kita ubah dengan ideologi yang benar," ujarnya.

Nuning setuju dan mendukung dengan ide cemerlang Mayor Jenderal TNI Doni Monardo terkait seringnya gesekan di lapangan antar matra, menekankan agar prajurit jaga silaturahmi, saat jumpa siapapun lakukan 3S (senyum, sapa, salam), jangan lakukan 3M (melotot, marah, memukul).

"Hal ini sangat bermanfaat bagi soliditas pasukan serta baik bagi hubungan silaturahmi dengan pihak-pihak lain utamanya dari matra TNI lain dan Polri serta komponen masyarakat, sehingga tak perlu lagi ada peristiwa semacam tragedi Cebongan di masa lalu," katanya.

Nuning mengatakan, mungkin banyak dari kita yang lupa atau bahkan tidak paham, bahwa Kopassus itu adalah alat negara yang paling ampuh untuk menyelesaikan tugas negara yang memerlukan penyelesaian dengan cara militer yang terukur, dan memiliki tuntutan keberhasilan pelaksanaan tugas yang tinggi.

"Jadi Kopassus itu 'hanya alat', bukan yang memiliki alat, dan bukan pula yang menggunakan alat," katanya.

Sehingga menurut Nuning, seperti halnya dengan alat atau senjata apapun, Kopassus sama sekali tidak bisa bergerak sendiri melakukan tugasnya. Kopassus tidak bisa bertempur atas inisiatif dan kehendaknya sendiri. Bahkan Kopassus tidak bisa menentukan sendiri siapa musuhnya. Semuanya itu atas putusan resmi negara.

"Saya melihat Kopassus memang didesain sebagai Pasukan Khusus bukan Satuan Khusus, dilatih secara khusus untuk laksanakan operasi khusus pada satuan strategis yang terpilih 'KARENA ITU KOPASSUS HARUS SELALU ELING LAN WASPADA' tidak boleh digunakan semaunya apalagi oleh orang atau pihak tertentu," tuturnya.

Terakhir, menurut Nuning pasukan khusus di seluruh dunia penting menyesuaikan diri dalam perubahan ancaman global yang tentu berbeda 5 atau 10 tahun lalu.

"Masalahnya kita yang anggarannya pas-pasan ini bagaimana menyiasati ancaman yang mensyaratkan kebutuhan teknologi modern yang pastinya mahal itu," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas