10 Feedloter Sap Gunakan Obat Berbahaya, Dirjen Peternakan Klarifikasi ke Direktorat Kesehatan
Kementerian Pertanian akan melakukan klarifikasi ke Direktorat Kesehatan Veteriner terkait adanya 10 perusahaan penggemukan sapi pakai obat berbahaya
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Pertanian akan melakukan klarifikasi ke Direktorat Kesehatan Veteriner dan pascapanen terkait adanya 10 perusahaan penggemukan sapi (feedloter) yang menggunakan obat berbahaya jenis beta agonist 2.
Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Prof. Muladno mengaku bahwa dirinya belum bisa berkomentar banyak terkait perkara tersebut, sebab ia baru saja dilantik menjadi Dirjen dua hari lalu menggantikan Dirjen yang lama Syukur Irwantoro.
"Kita harus klarifikasi dulu soal itu,saya baru menjabat Dirjen selama dua hari, jadi kita kroscek dulu," ujar Muladno dalam pernyataannya, Rabu(3/6/2015) malam.
Pendahulu Muladno, Syukur Irwantoro sebelumnya berbicara tegas soal temuan 10 perusahaan penggemukan sapi pengguna obat berbahaya.
Menurut Syukur ia tidak segan akan menutup perusahaan-perusahaan bandel tersebut jika masih tetap melakukan praktik memberikan obat berbahaya kepada sapi.
"Saya tidak akan segan untuk mempinalti mereka. Kalau bandel kita tutup," ujarnya beberapa waktu silam.
Untuk diketahui, melalui surat edaran menteri pertanian nomor 300059/HK.340/F/11/2011, pemerintah melarang penggunakan obat-obatan beta agonist 2 dan turunannya di Indonesia.
Obat ini biasanya digunakan pada sapi untuk meningkatkan komposisi otot pada sapi. Sehingga sapi tumbuh lebih cepat dan pesat.
Obat-obatan yang masuk dalam kelompok beta agonist 2 tersebut yakni, Salbutamol, Clenbuterol, Albutamol, Salmoterol, Farmoterol, Cimaterol dan Zilpaterol.
Merujuk pada jurnal EuroMed, penggunaan beta agonist 2 pada sapi akan mengakibatkan residu pada daging sapi. Dan pada akhirnya memberikan dampak negatif pada manusia yang mengkonsumsinya.
Konsumsi daging sapi mengandung B2 dalam jangka panjang dapat menyebabkan growth tremor (tangan bergetar semakin cepat – tahap awal parkinson), Tachychardia (peningkatan denyut jantung) yang bisa bisa mengakibatkan gagal jantung.
Dari data yang didapat, berdasarkan hasil balai pengujian mutu dan sertifikasi produk hewan pada April 2015 terdapat beberapa perusahaan yang menggunakan salbutamol di dalam pakannya.
Salah satunya adalah PT WMP yang memiliki feedlot di kisaran Cibinong, Jawa Barat.
Dengan metode ELISA, pakan dari perusahaan ini mengandung salbutamol sebesar 131,381 hingga 180.207 ppb.