Mantan Legislator Bidang Pertahanan Sebut Hercules Beroperasi seperti Kanibal
Berapa biaya untuk mencetak enam orang kapten itu, setelah lama dididik dilatih dan segala macam, lalu meninggal hanya karena pesawat yang sudah tua.
Penulis: Edwin Firdaus
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Wakil Ketua MPR, Hajriyanto Y Thohari meyakini Indonesia akan mengalami kerugian yang sangat besar jika tidak membenahi alat utama sistem persenjataan (Alutsista) sesegera mungkin.
Apalagi bila kita berkaca kebelakang, kata dia, mengenai kecelakaan-kecelakaan yang kerap mendera personel TNI, baik, AU, AD maupun AL.
"Berapa biaya untuk mencetak enam orang kapten itu, setelah lama dididik dilatih dan segala macam, lalu meninggal hanya karena pesawat yang sudah tua. Untuk enam kapten saja itu biayanya miliaran. Untuk mendidik 10 kapten itu saja bertahun-tahun, itu sudah seharga satu Hercules," kata Hajriyanto di Jakarta, Kamis (3/7/2015).
Hajriyanto menambahkan, saat masih duduk di Komisi I pada periode lalu, kata dia, DPR sudah memperioritaskan untuk meningkatkan anggaran peremajaan dan modernisasi alutsista. Akan tetapi saat itu aspirasi DPR untuk alutsista banyak ditolak sejumlah ekonom yang menentukan kebijakan anggaran Indonesia.
Padahal saat itu kata politikus Partai Golkar ini, Hercules yang dimiliki Indonesia hanya 13 pesawat dan yang mampu berfungsi hanya 4 pesawat saja.
"Saya kasih tahu ya, Yang empat itu beroperasi juga secara kanibal. Kalau mau terbang spare partnya ambil dari pesawat yang tidak terbang. Itu kan kanibal," ujarnya.
Selain minimnya peremajaan, ia menyayangkan minimnya perawatan Hercules yang dimiliki negara ini. Karena jumlah pesawat yang sedikit, tapi waktu operasionalnya sangat tinggi, menyebabkan waktu untuk perawatan terabaikan.
Karena itu, dia berharap pemerintah segera memperbarui alutsista terutama untuk pesawat Hercules agar negara tidak lagi mengorbankan putra-putra terbaik bangsa hanya karena kondisi pesawat yang sudah tua.