Peringati Nuzulul Quran, Politikus PDIP Ajak tak Lupakan Sejarah
Ramadan kali ini lebih semarak karena kegiatan keagaaman keIslaman yang biasanya diselenggarakan oleh partai-partai Islam
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Ramadan kali ini lebih semarak karena kegiatan keagaaman keIslaman yang biasanya diselenggarakan oleh partai-partai Islam, namun partai berhaluan nasionalis pun mengadakan perhelatan akbar keIslaman.
PDI Perjuangan juga menggelar peringatan Nuzulul Quran dengan diiringi gerakan syiar wakaf Al Qur’an di Kantor DPP PDIP Lenteng Agung, Jakarta Selatan.Dalamn acara itu diawali dengan pembagian takjil gratis dan bersantap buka puasa bersama yang berlangsung cukup meriah. Tokoh besar Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Muzadi didaulat untuk menyampaikan tausyiah.
Ketua Panitia Pelaksana Nasyirul Falah Amru mengatakan, acara yang sedang dihelat ini bertujuan untuk menjadikan Al Quran sebagai tuntunan dan pedoman hidup umat Islam. Sehingga umat Islam berkembang, berkarakter, bermanfaat bagi sesama, dinamis aktual di segala zaman serta berperadaban tidak melupakan sejarah.
"Momentum turunnya kitab suci Al-Quran perlu partai kami PDI Perjuangan manifestasikan dalam tindakan nyata Kami membumikan kitabnya pemeluk agama mayoritas rakyat Indonesia dengan acara yang kami buat sore ini dengan tausyiah Nuzulul Quran dan Gerakan Syiar Wakaf Al-Quran di seluruh Indonesia," kata Falah
Falah yang juga Ketua Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi), ormas sayap Islam milik PDIP itu menambahkan, peringatan Nuzulul Quran memiliki peranan penting. Bagaimana menjadikan sejarah untuk tidak dilupakan.
"Isi kandungan Al Quran sebagian besar itu adalah bercerita tentang sejarah peradaban manusia, sejarah para nabi," jelas Falah.
"Sehingga sangat relevan dengan pesan Bung Karno JASMERAH yaitu Jangan sekali-sekali melupakan sejarah," imbuhnya.
Lebih lanjut, Falag mengatakan, dengan membaca Al-Quran secara harfiah dan massif oleh seluruh umat Islam negeri ini dengan gerakan wakaf Al Quran maka sama dengan menjalankan pesan Proklamator Ir Soekarno. Dalam konteks yang lebih filosofis yakni JASMERAH.
"Sehingga kita menjadi makhluk Allah SWT yang saling mengasihi kepada sesama. Tanpa diskriminasi RAS, lebih mengendalikan hawa nafsu, tidak egois dan ambisius, dan lebih mengedepankan perdamaian serta mengutuk segala tindak kekerasan," tutup Falah yang juga Anggota Komisi VII DPR Fraksi PDIP ini.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.