'Sedih, Dua Hari Terbuang Karena Penerbangan Ditunda'
Akibat penutupan bandara tersebut, para penumpang harus menunda jadwal keberangkatan satu hingga dua hari ke depan.
Penulis: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Penutupan Bandara Ngurah Rai dan Bandara Lombok akibat debu vulkanik letusan Gunung Raung meninggalkan kesedihan tersendiri bagi sebagian calon penumpang tujuan Denpasar.
Akibat penutupan bandara tersebut, para penumpang harus menunda jadwal keberangkatan satu hingga dua hari ke depan.
Sejak pagi tadi, Ni Nyoman Ayu Indra Dewi sudah mempersiapkan banyak hal. Ia berencana menumpang pesawat tujuan Denpasar malam ini. Apa daya, penundaan penerbangan itu membuat wanita yang akrab disapa Omang, harus mengubah semua rencana.
“Sedih…dua hari terbuang karena pesawat di-reschedule, jadi baru bisa terbang hari Minggu. Padahal tiket sudah dibeli tahun lalu,” tuturnya kepada Tribunnews.com.
Jauh-jauh hari, ia memang sudah mempersiapkan liburan selama sepuluh hari di kota kelahirannya, Denpasar. Apalagi kepergiannya ke pulau Bali untuk merayakan Galungan bersama keluarga besar. Biasanya, kata Omang, seminggu sebelum perayaan Galungan itu keluarganya sudah menyiapkan segala sesuatu.
“Sekarang nggak bisa deh siap-siapnya, jadi mepet persiapannya di Bali,” ungkapnya sedih.
Tak hanya soal persiapan Galungan, masih ada masalah lain yang harus dihadapi Omang akibat penundaan penerbangan.
“Aku sudah pamitan ke Ketua RT dan tetangga-tetangga. Aku juga sudah beli oleh-oleh, dan kue itu expired hari Minggu. Jadi kue itu mesti aku habisin di Jakarta deh,” terang Omang.
Namun ia mengaku puas dengan pelayanan pihak maskapai yang melayani perubahan jadwal dengan baik. Pihak maskapai juga menjanjikan tempat duduk yang nyaman di pesawat karena ia membawa serta anaknya yang belum genap berusia satu tahun.
Lain lagi yang dirasakan I Wayan Yasa Nugraha. Meski merasa sedih karena batal ke Denpasar Sabtu esok hari, ia tak bisa menyalahkan pihak maskapai karena kejadian ini merupakan faktor alam.
“Ya…gimana ya? Faktor alam kan? Sedih sekali sih, harusnya besok sudah sudah siap terbang, melepas kangen dengan keluarga dan menghirup udara segar di desa,” ungkap Yasa yang terpaksa menunda keberangkatan hingga Sabtu sore.
Libur panjang seperti ini memang selalu menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu pria lajang ini. Di saat libur, ia bisa menyalurkan hobi berkebun di pekarangan rumahnya yang luas di Tabanan.
Hal senada diungkapkan Ni Komang Wiska. Penundaan penerbangan tak pelak membuat ibu dua anak ini harus mengubah acara. “Kerugian lebih ke waktu…acara yang sudah untuk anak-anak mesti diubah,” tuturnya.
Ia seharusnya naik pesawat Sabtu pagi, namun kemudian memindahkan jadwal menjadi Minggu pagi.
“Tapi masih ada kemungkinan dibatalkan kalau kondisi masih membahayakan penerbangan,” jelas Wiska.
Akibat penundaan tersebut, waktu berkumpul bersama keluarga di Bali otomatis jadi berkurang. “Sedih karena waktu liburan yang seminggu jadi berkurang. Tapi mau gimana lagi, kita cari selamat aja. Semoga penerbangan kembali normal,” ujarnya penuh harap.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.