Maruarar Sirait Menyayangkan Peristiwa di Papua
Tidak boleh ada Warga Negara Indonesia yang tidak bisa beribadah di tempat ibadahnya
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWSCOM, JAKARTA - Politisi PDI Perjuangan, Maruarar Sirait, menyayangkan terjadinya peristiwa di Tolikara, Papua, yang terjadi tepat pada saat hari raya Idul Fitri 1436 Hijriyah, Jumat (17/7/2015).
Peristiwa yang terjadi di Tolikara itu, menyebabkan terbakarnya rumah, kios, dan mushala. Maruarar Sirait atau akrab disapa Ara menyayangkan hal itu terjadi di Indonesia.
"Tidak boleh ada Warga Negara Indonesia yang tidak bisa beribadah di tempat ibadahnya, itu suatu hal yang harus bisa diatasi dan tidak boleh terjadi di Negara kita," ujar Ara saat ditemui di kediaman Akbar Tandjung, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (17/7/2015).
Menurutnya Indonesia adalah negara hukum dengan dasar segalanya adalah Pancasila. Karena itu kebebasan beribadah bagi semua agama harus diakui.
Ara mengatakan sangat prihatin, dan menyayangkan kalau ada masyarakat Indonesia yang tak bisa menjalankan ibadahnya di hari suci seperti saat hari raya idul fitri 1436 hijriyah.
"Tentu kebebasan beragama itu, sesuai dengan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 harus ditegakkan dengan sungguh-sungguh. Saya sangat menyayangkan kalau hal itu terjadi, tentunya kalau bisa itu tak boleh terjadi lagi di Indonesia, yang sangat mengedepankan pluralisme, pancasila, dan kebhinekaan," kata pria berusia 45 tahun ini.
Kerusuhan di ibu kota Kabupaten Tiom itu terjadi pada Jumat (17/7/2015) sekitar pukul 07.00 WIT, saat umat Muslim melaksanakan shalat Id di kawasan tersebut.
Sekelompok warga melakukan penyerangan dan membakar puluhan kios dan merembet ke tempat ibadah yang ada di lokasi tersebut. Tercatat 70 kios atau warung milik warga setempat hangus terbakar pada kerusuhan itu.
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla telah menyampaikan penyesalan atas terjadinya insiden tersebut. Berdasarkan laporan yang dia terima, sumber persoalan bermula dari salah paham antarkelompok agama yang mengadakan acara keagamaan masing-masing di daerah itu.
"Memang asal muasalnya soal pengeras suara, jadi mungkin butuh komunikasi lebih baik lagi untuk acara-acara seperti itu," kata Kalla dalam jumpa pers di Istana Wakil Presiden, Jumat siang.
Kepala Kepolisian Indonesia Jenderal Badrodin Haiti mengatakan, situasi dan kondisi di Papua pascaperistiwa tersebut sudah ditangani dan tidak memerlukan penambahan pasukan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.