Kapolri: Intelijen Amerika Saja Bisa Kecolongan
IPW menilai kerusuhan di Tolikara akibat tidak adanya kepedulian pimpinan kepolisian di Papua dan buruknya kinerja Intelkam Polda Papua.
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peristiwa kerusuhan, penyerangan, hingga pembakaran tempat ibadah di Tolikara Papua telah menodai perayaan Idul Fitri umat Islam.
Menanggapi peristiwa itu, Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane menilai kerusuhan di Tolikara akibat tidak adanya kepedulian pimpinan kepolisian di Papua dan buruknya kinerja Intelkam Polda Papua.
"Keberadaan surat Gereja Injili di Indonesia (GIDI) yang diterbitkan pada 11 Juli 2015 tidak diantisipasi dan tidak ada upaya pencegahan hingga kemudian kerusuhan meletus," ujar Neta.
Neta menuturkan, sebelum kerusuhan 17 Juli 2015, terjadi dua kerusuhan di Tolikara.
Yakni pada 9 Juli 2015, rumah warga di Kampung Yelok dibakar massa.
Lalu, pada 15 Juli 2015, sejumlah Hanoi (rumah tradisional) di Panaga juga dibakar massa.
Kemudian, pada 11 Juli 2015 beredar surat GIDI, dan kerusuhan pecah pada 17 Juli.
"Ada tenggat waktu tujuh hari. Kenapa Intelkam Polda Papua tidak melakukan deteksi dan antisipasi dini? Apakah karena Kapolda Papua sedang sibuk mengikuti proses seleksi calon pimpinan KPK sehingga antisipasi terhadap wilayah tugasnya terabaikan?" ucapnya.
Lalu bagaimana komentar Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti atas pernyataan ini?
"Ya terserah lah. Intelijen Amerika saja bisa kecolongan, kan?," kata Badrodin Haiti, singkat, di Mabes Polri, Senin (20/7/2015) malam.(*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.