Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Said Aqil: Islam Nusantara Bukan Madzhab Baru

Islam Nusantara sama sekali bukan madzhab baru, bukan firqoh baru bukan aliran baru, dia adalah khosois dan mumayyizat.

Penulis: Husein Sanusi
zoom-in Said Aqil: Islam Nusantara Bukan Madzhab Baru
SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ
Presiden RI, Joko Widodo didampingi Rais Akbar PBNU, KH Mustofa Bisri, Ketua Umum PBNU, KH Said Agil Siradj, Menteri Agama, Lukman Hakim Saifudin dan Gubernur Jatim, Soekarwo menabuh bedug saat membuka Muktamar NU ke-33 di alun-alun Jombang, Sabtu (1/3). Muktamar yang digelar di 4 ponpes akan berlangsung hingga Rabu (5/8). SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ 

TRIBUNNEWS.COM, JOMBANG - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siradj, menegaskan tentang istilah Islam Nusantara yang digaungkan kaum Nahdliyyin selama pelaksanaan Muktamar ke-33 NU.

"Islam Nusantara sama sekali bukan madzhab baru, bukan firqoh baru bukan aliran baru, dia adalah khosois dan mumayyizat. Islam Nusantara Islam yang melebur dengan budaya nusantara yang sesuai dengan syarak," katanya.

Dijelaskanoleh Kyai Said bahwa ciri dari Islam Nusantara adalah Islam yang beradab, santun yang itu adalah Islam warisan ahlussunnah wal jamaah dari para Wali Songo. "Inilah nikmat yang diberikan kepada kita yang belum tentu diwariskan ke bagian negara Islam lain," tambahnya.

Ditambahkan oleh Said, Islam Nusantara dilandasi empat semangat yang saling menyatu yakni, semangat religius, semangat kebangsaan, semangat kebinekaan dan semangat kemanusiaan.

"Semangat kebangsaan, antara Islam dan nasionalisma jangan dipertentangkan, Islam kuat karena adanya semangat kebangsaan bangsa ini kokoh diisi dengan nilai-nilai Islam. Bukan hanya menjaga teritorial tapi juga kemandirian politik, budaya dan ekonomi," katanya.

Said Aqil yang akan maju lagi dalam pemilihan Ketua PBNU untuk periode yang akan datang menegaskan NU sebagai organisasi akan selalu memperkuat ajaran ahlussunnah wal jamaah yang mencerminkan karakter ke ulamaan. Pemimpin NU sejak dulu dan seterusnya harus berbasis pesantren kembali ke pesantren.

"Antara NU dan pesantren tidak bisa dipisahkan baik dari segi nilai dan cara bertindak. Kita sebagai santri harus taat pada ulama sepuh, ketaatan ini tidak hanya menyelematkan berbangsa tapi juga keselamatan di akhirat kelak," katanya.

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas