Tangisan Kyai Mustofa Bisri Selesaikan Konflik Ahwa
Kalau perlu saya mencium kaki Anda semua agar kita bisa tertib
Penulis: Husein Sanusi
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JOMBANG - Suasana forum muktamar Nahdlatul Ulama sunyi meski ruangan sudah dipenuhi muktamirin. Saat itu Rais Aam, Kyai Mustofa Bisri, diminta naik panggung untuk menyampaikan pidatonya.
Dengan suara serak khas Kyai Mustofa yang biasa dipanggil Gus Mus beliau menyampaikan harapan terdalamnya kepada muktamirin. Suaranya terbata-bata sambil menahan haru dan menitikkan air mata.
"Saya menangis karena kita organisasi yang selama ini mengkritik keras praktek-praktek buruk politik di negeri ini ternyata kita sendiri digambarkan media-media seperti itu," kata Gus Mus, di arena Muktamar NU ke-33, Jombang, Senin (3/8/2015).
Seketika muktamirin yang semalam gontok-gontokan menundukkan kepala, tak ada sepelanpun suara terdengar dari muktamirin. Muktamirin makin terenyuh dan diantara mereka tak sedikit menitikkan air mata saat Gus Mus mau mencium kaki muktamirin agar tidak lagi terjadi keributan di muktamar.
"Saya malu kepada Allah SWT, malu kepada mbah Hasyim Asyari, Mbah Wahab Chasbullah dan para pendahulu kita," katanya.
"Sebagai Rais Aam yang sebentar lagi akan berakhir doakan saya tidak lagi memikul tanggung jawab seperti ini. Tapi selama saya masih menjabat saya minta tolong kepada Anda semua agar tidak memalukan. Kalau perlu saya mencium kaki Anda agar Anda semua bisa menunjukkan akhlaq Rasulullah," ujar Gus Mus.
Gus Mus lalu memimpin muktamirin membaca surat Al Fatihah ditujukan kepada para pendahulu NU. Usai membaca Al Fatihah beliau pun membimbing muktamirin menyampaikan kesepakatan para kyai sepuh untuk menyelesaikan konflik tata cara pemilihan ketua umum lewat Ahlul Halli Wal Aqdi (Ahwa).
"Kesepakatan kami bahwa jika ada sesuatu yang tidak bisa disepakati dalam forum maka akan dilakukan pemilihan hanya oleh rois syuriah. Ini kami lakukan karena kyai-kyai akan memilih imam mereka," ujar Gus Mus.
Tak ada satupun protes atau interupsi dilakukan muktamirin mendengar keputusan Gus Mus. Usai pidato Gus Mus langsung meninggalkan panggung. Dan pimpinan sidang dikembalikan kepada Slamet Efendi Yusuf. Pasal-pasal yang diperdebatkan muktamirim sebelumnya pun disetujui muktamirin.
Ketok palu dijatuhkan pertanda sidang pleno tentang tata tertib berakhir. Gema Sholawat Nabi dikumandangkan muktamirin dan muktamar pun dilanjutkan ke sidang-sidang komisi seiring dengan gerakan muktamirin yang mulai keluar tenda rapat pleno menuju pesantren-pesantren tempat sidang-sidang komisi.