Gus Solah Enggan Komentari Terpilihnya Said Agil Sebagai Ketua Umum PBNU
Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah (PPSS) Tebuireng, KH Solahudin Wahid (Gus Solah), enggan mengomentari terpilihnya KH Said Agil Siradj
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, JOMBANG - Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah (PPSS) Tebuireng, KH Solahudin Wahid (Gus Solah), enggan mengomentari terpilihnya KH Said Agil Siradj sebagai Ketua Umum PBNU periode 2015-2020.
Adik kandung mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini beralasan khawatir akan menimbulkan perpecahan di NU.
"Saya tidak punya komentar apa-apa. Saya juga bukan peserta muktamar. Yang punya hak bersuara peserta muktamar,” kata Gus Solah.
Sikapnya yang enggan berkomentar bukan tanpa alasan. Gus Solah tak mau membuat suasana semakin keruh yang berpotensi membuat NU benar-benar terpecah.
Namun demikian, dia mengaku legowo meski gagal terpilih menjadi Ketum PBNU.
"Saya tidak pengin jadi Ketua Umum PBNU kok, saya ini diminta. Ya monggo. Kalau sekarang saya dianggap tidak tepat ya tidak masalah," tuturnya.
Dia mengaku tidak tahu namanya muncul dalam penentuan bakal calon dalam pemilihan ketua umum PBNU di alun-alun, saat voting.
Kendati demikian, Gus Solah mendukung langkah Forum Lintas PWNU, yang akan melakukan gugatan melalui pengadilan.
Alasannya, karena muktamar NU kali ini cacat hukum dan tidak sah.
“Kalau tidak sah, otomatislah mendukung upaya hukum. Yang saya tidak setuju itu kalau ada MLB (muktamar luar biasa) apalagi dilakukan di Tebuireng. Bagaimana nanti para pendiri itu yang makamnya di sini kalau itu saya lakukan," tegas Gus Solah, Jumat (7/8/2015).
Sebelumnya, di Pesantren Tebuireng dilangsungkan pertemuan yang dihadiri ratusan muktamirin dari PCNU dan 24 PWNU.
Pertemuan yang akhirnya menjadi Forum Lintas PWNU itu tegas-tegas menolak hasil muktamar ke-33, karena cacat hukum.
Karena sudah sepakat menganggap Muktamar NU ke-33 cacat hukum, saat sidang pleno pemilihan ketua umum Rabu malam, banyak peserta yang tidak hadir.
Termasuk Gus Solah sendiri, yang menandakan dirinya mundur dari pencalonan ketua umum.
Namun forum di Ponpes Tebuireng yang sedianya bermaksud membuat muktamar tandingan tersebut, tidak disetujui oleh Gus Solah.
Gus Solah lebih menginginkan membawa hasil Muktamar ke pengadilan. Pasalnya dia tidak ingin NU pecah.