Cerita Putri Sulung Bung Hatta Tentang Ayahnya dan Soekarno
Putri Sulung Mohammad Hatta, Meutia Hatta mengenang ayahnya yang lahir pada 12 Agustus 1902
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Gusti Sawabi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Putri Sulung Mohammad Hatta, Meutia Hatta mengenang ayahnya yang lahir pada 12 Agustus 1902. Di hari ulangtahun wakil presiden pertama RI tersebut, sebuah diskusi mengenai Bung Hatta digelar di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (12/8/2015).
Meutia lalu bercerita bagaimana ayahnya sangat produktif dalam menulis. Bahkan di eranya, Hatta merupakan pejabat negara yang paling banyak menulis. Saat menulis memoar mengenai dirinya, Hatta sempat mengunjungi East West Center di Hawaii. Disana ia tinggal selama enam bulan untuk mengeksplorasi peristiwa yang melibatkan dirinya.
Bung Hatta kembali mengingat suatu peristiwa yang dialaminya. Peran yang dilakukannya serta orang yang dijumpainya. Karena seringnya Bung Hatta menulis, Meutia mengakui ayahnya tidak terlalu tenggelam dalam persoalan keluarga.
"Bukan cerita soal keluarga tidak ada," kata Meutia. Maklum, cerita keluarga di buku otobigorafi Hatta memang sangat sedikit. Meutia mengakui ayahnya cukup lama terpisah dengan keluarga. Apalagi pada umur 19 tahun, Hatta sudah meninggalkan Indonesia menuju Belanda untuk melanjutkan pendidikan.
Sekembalinya Hatta ke Indonesia, ia langsung berjuang untuk kemerdekaan. Gerak-gerik Bung Hatta terus diawasi Intel Melayu yang bekerja untuk Belanda. "Mau bertemu keluarga, keluargannya ketakukan karena ada mata-mata. Bung Hatta akhirnya jarang mengganggu keluarganya," tutur Meutia.
Bung Hatta diketahui hanya dekat dengan ibunya Siti Saleha. Meutia juga mengakui keluarga jarang bertemu ayahnya karena pembuangan di masa perjuangan. Bung Hatta tercatat dibuang Belanda ke Boven Digoel, kemudian dipindah ke Banda Neira.
Selain soal keluarga, Meutia juga menceritakan mengenai sumpah sakti yang diucapkan ayahnya. Bung Hatta tidak mau menikah sebelum Indonesia merdeka. Hal itu dikarenakan Hatta memiliki pengalaman menyedihkan ketika melihat teman-temannya.
"Teman-temannya banyak yang menderita. Karena ada temannya meninggal saat di Digoel. Dari keluarga menderita, lebih baik tidak menikah. Tidak menyusahkan perempuan," kata Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan era Presiden SBY itu.
Malah, kata Meutia, Soekarno yang sibuk memikirkan kapan Bung Hatta menikah. Sambil tersenyum, Meutia menceritakan awal perkenalan ayahnya dengan ibunya, Rahmi Hatta.
Bung Karno lah yang ternyata memperkenalkan Hatta dengan Rahmi. Soekarno merupakan teman orangtua Rahmi. Soekarno sempat bertanya kepada ibunda Rahmi mengenai gadis yang paling cantik di Bandung. "Nenek saya bilang ada apa mas tanya-tanya. Bung Karno bilang enggak apa-apa. Setelah merdeka, Bung Karno tahu bapak saya tidak lagi terikat sumpah sakti, akhirnya ayah saya melamar ibu saya," ujarnya sambil tersenyum.
Ia pun sempat berpikir mengapa Bung Karno mengenalkan gadis yang berbeda umur 24 tahun dengan ayahnya. Namun, pertanyaan itu belum sempat ia tanyakan kepada ayahnya, Mohammad Hatta.
Meutia kemudian memiliki analisanya sendiri. Ia melihat Bung Karno menyenangi keindahan. Ia ingat beda umur antara Bung Karno dengan Fatmawati yakni 19 tahun.
"Kok Bung Karno melihat ibu saya dipilih untuk Bung Hatta. Saya berpikir saat beliau sudah meninggal. Kok ayah saya dipilihkan gadis yang bedanya 24 tahun. Mungkin karena Bung Karno juga (istrinya) muda. Memang ternyata kalau difoto bagus-bagus. Jadi kalau foto, Bung Karno dengan Ibu Fat (Fatmawati) lalu Bung Hatta dengan ibu saya," kata Meutia.
"Bung Karno senang keindahan, kalau tampilannya bagus semua menyenangkan. Ini manusia unggul yang bisa memimpin negara, istri-istri juga bisa membawa diri dengan gaya masing-masing. Ibu negara jadi pas," tambahnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.