Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Parade Tauhid, Cara Umat Islam Jabodetabek Rayakan Kemerdekaan

Panitia acara Bunda Ermi mengatakan zaman semakin sulit lantaran para pemimpin lupa akan rakyatnya dan terlalu banyak melakukan pencitraan.

Penulis: Wahyu Aji
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Parade Tauhid, Cara Umat Islam Jabodetabek Rayakan Kemerdekaan
Tribunnews.com/Wahyu Aji

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pekik takbir semasa zaman kemerdekaan merupakan penyemangat bagi para pejuang. Namun kini semangat tersebut memudar dan dicemari oleh ulah para pemimpin bangsa tidak amanah dalam menjaga bangsa ini.

Hal ini menjadi keprihatinan umat Islam yang berharap kemerdekaan yang diperoleh dari darah para ulama dan santri bisa dihargai dan selalu dikenang.

Dalam mengembalikan semangat tersebut sebanyak 350 umat Islam Jabodetabek melakukan longmarch dari Senayan-Hotel Indonesia, Minggu (16/8/2015) pagi hingga pukul 12.00 WIB.

Hadir dalam acara tersebut Ustadz Arifin Ilham yang mengajak jamaah yang hadir, untuk mengingat Allah SWT dan menjaga persatuan dan kesatuan.

"Semoga bangsa ini selalu diberkahi dan dijauhkan dari bahaya yang memecahkan persatuan dan kesatuan," katanya, di Plaza Utara Istora Senayan, Jakarta, Minggu (16/8/2015).

Sementara itu ketua panitia acara Parade Tauhid Hasan Haikal mengatakan, bahwa pesan dalam acara ini adalah yang pertama dalam rangka mensyukuri nikmat kemerdekaan.

"Yang kedua melaksanakan amanat kongres umat Islam dan yang ke tiga adalah halal bi halal akbar antara umat dan ulamanya. Visinya satu, menyatukan umat dan ulama. Ini acara akan digelar tahunan menjelang kemerdekaan," katanya.

BERITA REKOMENDASI

Hadir dalam acara tersebut Ustadz Muhammad Abdul Syukur Yusuf, pria yang aktif di Majlis Adz-Dzikra berharap perjuangan tidak pernah berhenti.

"Kita tahu negeri ini seperti apa, semua elemen jangan khianati kemerdekaan. Pendahulu sudah berjuang jadi jangan disia-siakan," katanya.

Sementara itu salah seorang panitia acara Bunda Ermi mengatakan zaman semakin sulit lantaran para pemimpin lupa akan rakyatnya dan terlalu banyak melakukan pencitraan.

"Dampaknya kagak gini, ekonomi rusak. Yang miskin semakin banyak karena tidak produktif," katanya.

Dirinya juga berpandangan fenomena ini merupakan buah dari kebohongan dan tidak amanahnya pemerintah dalam berkerjam.


"Kalau berkerja cuma mengejar pencitraan yah seperti ini, apakah umat Islam diperlakukan dengan adil?" katanya dengan nada lantang.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas