Puti Guntur Soekarno: Marhaenisme Bukan Barang Antik
Marhaenisme seringkali dianggap seperti barang antik, benar demikian bapak ibu?" tanya Puti Guntur Soekarno
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi X Puti Guntur Soekarno mengingatkan marhaenisme sebagai ajaran perjuangan Bung Karno dalam memperjuangkan hidupnya kaum marhaen menjadi sejahtera bahagia bebas dari penindasan sistem yang memiskinkan. Ajaran itu mencakup sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi.
"Marhaenisme seringkali dianggap seperti barang antik, benar demikian bapak ibu?" tanya Puti Guntur Soekarno dalam pidato sambutannya.
"Betul sekali....!!" jawab peserta dengan logat Banyumas di temu kangen dan pengurus DPK Keluarga Besar Marhaenis (KBM) Cilacap yang dihadiri DPN KBM, pengurus Daerah KBM Jawa Tengah, beberapa pengurus cabang serta masyarakat di Pendopo Wijaya Kusuma Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Puti menegaskan marhaenisme menjadi seperti barang antik karena terjadi de-Sukarnoisasi. "Kita ingin bangsa ini semakin jujur dalam menempatkan sejarah bangsanya agar menjadi penerang masa depan," ungkap Cucu Bung Karno itu dalam keterangan yang diterima Tribunnews.com, Minggu (13/9/2015)m
Acara tersebut mengusung tema: "Manifestasi Trisakti Menuju Masyarakat Pancasila". Dalam acara tersebut dibahas terjadinya perubahan tata nilai kultur agraris ke masyarakat Industri, dominasi materialistis dan gotong royong terkikis, kelompok fundamentalis dan amnesia sejarah perjuangan bangsa.
"Kondisi marhaen hari ini mewajibkan kader marhaenis terpanggil bergerak memperjuangkan rakyat, bangsa dan negara," kata Ketua Panitia Rasmun.
Perlu kesadaran untuk marhaen bersatu, berjuang, juga mampu menjalin solidaritas persatuan nasional dan kebutuhan pembacaan situasi geopolitik internasional.
"Saat ini kaum nasionalis mestinya memyadari bahwa pintu berjuang menanti karena pemerintah saat ini ingin memperjuangkan Trisakti yang itu adalah ajaran perjuangan Bung Karno," ungkap Sulistyo dari DPN KBM.
Dalam sambutan Bupati Tato Suwarto Pamudji menyampaikan agar meneladani kesetiaan pada persatuan nasional sebagai Bung Karno pertahankan mati-matian disaat akhir kekuasaannya karena tidak ingin melihat Indonesia perang saudara.