Yenny Wahid: Saya Bersyukur Bisa Hidup di Indonesia
Ia kemudian membandingkan situasi kehidupan di Indonesia dengan beberapa negara lain.
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur The Wahid Institute, Yenny Wahid, ikut hadir dalam seminar Gerakan Sosial Rayakan Perbedaan yang digelar oleh Kompas.com, untuk menggalakkan rasa cinta dan berani membangun perdamaian di tengah kemajemukan bangsa Indonesia.
Bagi putri kedua Abdurrahman Wahid itu, lahir dan hidup di Indonesia merupakan sesuatu yang ia akui sangat disyukuri sepanjang hidupnya.
Ia kemudian membandingkan situasi kehidupan di Indonesia dengan beberapa negara lain.
"Saya bersyukur bisa hidup di Indonesia. Di sini, saya bisa nyetir dan nyoblos. Di Arab Saudi, saya enggak bakal bisa mengemudikan kendaraan. Di sana juga wanita enggak ada hak pilihnya," ujar Yenny di tengah acara yang digelar di Bentara Budaya Jakarta pada Selasa (22/9/2015) itu.
Karenanya, ia menyayangkan banyaknya perpecahan dan konflik yang didasari perbedaan terjadi di Indonesia, mengingat banyaknya kebebasan dan hak yang didapat serta seharusnya sudah cukup dapat disyukuri oleh masyarakat Indonesia.
"Kebebasan dan keuntungan itu ada di Indonesia, tapi masih ada yang belum menikmati itu. Lihat saja jemaat Gereja Yasmin yang masih belum bisa membangun gedung gereja, atau jemaah di NTT yang juga belum bisa membuat masjid di sana," kata dia lagi.
Padahal, menurutnya, kekuatan, identitas, dan 'surga' Indonesia adalah kemajemukan bangsanya, yang seharusnya tidak hanya dimiliki, tetapi juga dipelihara.
"Cobalah memulai sikap berani damai secara sederhana. Satu di antaranya adalah sesimpel berhenti membuat kampanye yang menyebar kebencian di media sosial," tutur dia.
Dalam acara tersebut, Yenny pun turut memperlihatkan apa saja yang The Wahid Institute sudah lakukan untuk mendukung kemajemukan bangsa. Hadir pula perwakilan dari gerakan sosial SabangMerauke.org dan KitaBisa.org, yang ikut mempresentasikan inisiatif mereka untuk membawa perubahan positif bagi bangsa.
Meiske Demitria Wahyu dari SabangMerauke.org memperlihatkan bagaimana timnya berupaya melakukan pertukaran pelajar yang melibatkan anak-anak dari penjuru nusantara, demi menanamkan toleransi, pendidikan, dan rasa ke-Indonesiaan. Sedangkan, Vikra Ijazz dari KitaBisa.org menunjukkan bagaimana situs galang dananya memudahkan siapa saja untuk membantu sesama.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.