Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Nenek Nohasah yang Selamat dari Musibah Jatuhnya Crane di Mekkah

Wajah haru dan bahagia tak bisa dilepaskan dari Nohasah (62), seorang jemaah haji asal Siangaparna

Penulis: Wahyu Aji
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Cerita Nenek Nohasah yang Selamat dari Musibah Jatuhnya Crane di Mekkah
Wahyu Aji/Tribunnews.com

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wajah haru dan bahagia tak bisa dilepaskan dari Nohasah (62), seorang jemaah haji asal Siangaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat yang baru saja turun dari.

Pesawat Boeing-777, Saudi Arabia Airline yang mendarat di sisi selatan Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Selasa (29/9/2015).

Sembari mengucap syukur yang tiada henti Nohasah (62), mengaku senang usai 40 hari menunaikan ibadah haji di Tanah Suci.

"Senang, Alhamdulillah pulang dan selamat balik kerumah," kata Hasanah saat ditemui di Bandara Halim, Jakarta Timur, Selasa (29/9/2015).

Sambil menjinjing jerigen kecil berisi lima liter air zamzam dan koper di tangan kanan dan kiri, nenek ini mengisahkan kepanikan saat terjadi musibah terjatuhnya mesin crane di Masjidil Haram, Makkah.

Dirinya mengaku bisa selamat lantaran tidak keluar dari pemondokan yang hanya berjarak 1 km dari lokasi.

"Waktu kejadian itu, kan sore, hujan badai, jadi kami (kloter 1) tidak keluar maktab 43 (pemondokan), padahal jaraknya 1 km," katanya.

Berita Rekomendasi

Hasanah yang beribadah haji bersama sang suami juga mengingat peristiwa saat wukuf di padang Arofah. Ketika para jamaah menginap di tenda, sebuah angin puting beliung menerjang pemondokan hingga nyaris ambruk.

"Waktu di Arofah juga, itu tiang (penyanggah) tenda sampe bunyi, untung tidak sampai ambruk," katanya.

Sementara itu, Jamaah asal Panca Tengah, Tasikmalaya, Jawa Barat, Apep (27) menceritakan hal serupa. Dirinya masih terbayang, saat para jamaah dirundung kepanikan usai tragedi berdarah jatuhnya mesin crane.

"Jamaah yang tua banyak yang syok, apalagi Kloter 1 masih belum seminggu di Makkah. Beruntung ketua rombongan tidak mengizinkan jamaah keluar penginapan," kata Apep.

Alhasil, pasca insiden tersebut, Apep menyebut kekhusyukan para jamaah sempat terganggu. Namun, ia mengaku pasrah dan tetap menikmati beribadah di tanah suci.

"Kesannya ada sedih juga karena ada insiden. Kita cemas, seolah-olah kekhusukan ibadah terganggu, tapi lama-lama malah enak," katanya.

Meski terdapat sejumlah peristiwa berdarah, Apep mengaku tak kapok untuk kembali menjadi tamu tuhan. Khusus insiden di Mina, kata dia, bukanlah jalur untuk jamaah Indonesia. Sebab itu, ia memastikan tragedi tersebut membuatnya trauma.

"Waktu kejadian di Mina, bukan jalur Indonesia. Pokoknya kalau disana, kita fokus ibadah, malah keluarga disini (Indonesia) yang panik," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas