Kinerja Intelijen Sabang-Merauke Lemah, Jokowi Diminta Kaji Ulang Posisi Sutiyoso
Peristiwa Tolikara dan Aceh Singkil yang dipicu persoalan agama tidak dapat terdeteksi oleh intaian intelijen.
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peristiwa Tolikara dan Aceh Singkil yang dipicu persoalan agama tidak dapat terdeteksi oleh intaian intelijen. Akibatnya banyak pihak menyoroti kinerja dari Intelijen Indonesia.
Junisab Akbar, Ketua Pendidi Indonesia Audit Watch (IAW) mempertanyakan mengapa isu seperti itu yang termasuk dalam informasi emas bagi intelijen bisa luput dari intaian?
"Peristiwa Tolikara yang masuk dalam wilayah Mearuke lalu disusul dengan kerusuhan Singkil di bumi Sabang, tentu hal itu sepatutnya jadi komponen penilaian yang tertinggi bagi Presiden Joko Widodo untuk menganalisa kemampuan model kepemimpinan Badan Intelijen Negara (BIN)," tegas Junisab Akbar, Kamis (15/10/2015).
Diutarakan Junisab, kinerja dari BIN dibawah kepemimpinan Sutiyoso dalam dua kasus yakni Sabang-Merauke itu sudah bisa dikategorikan gagal. Menurutnya, dengan kewenangan dan kemampuan BIN, tentu idealnya Sutiyoso bisa menggerakkan instrumennya maupun koordinatif intelijen sesuai tugas pokok dan fungsinya.
Sehingga, dalih bahwa kekurangan anggaran dan personil bukanlah alasan yang baik untuk menutup-nutupi kegagalannya mengendus apalagi mengantisipasi dua kasus tersebut.
"Ini jadi resiko besar bagi Presiden Jokowi kalau sampai berani mempertahankan Sutiyoso. Ditambah perekonomian yang kembang kempis tanpa kepastian baik karena pengaruh eksternal atau dalam negeri," tuturnya.
Junisab menambahkan kondisi seperti itu sangat merugikan Presiden Jokowi, dan bisa berbahaya. Ia menyarankan agar Jokowi mengkaji ulang posisi Sutiyoso.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.