Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Korban Tewas Terkena Dampak Karhutla Akibat Pemerintah Lamban Menangani

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) menilai pemerintah terlambat menangani korban

Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Korban Tewas Terkena Dampak Karhutla Akibat Pemerintah Lamban Menangani
Istimewa
PKPU memberikan bantuan berupa masker kepada anak-anak korban asap. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) menilai pemerintah terlambat menangani korban terkena dampak kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Ini mengakibatkan korban meninggal dunia.

"Sudah cukup tanggap hanya saja Kementerian Kesehatan terlambat merespon. Semestinya dari bulan kemarin save house ada di daerah. Masker didistribusikan," tutur Manajer Kampanye Hutan dan Perkebulan Skala Besar WALHI, Zenzi Suhadi, kepada wartawan, Sabtu (24/10/2015).

Dia meminta kepada pemerintah supaya menyediakan save house atau rumah aman di tingkat kecamatan di wilayah terkena dampak Karhutla.




Masyarakat rentan, seperti bayi di bawah lima tahun (balita) dan orang lanjut usia (lansia) dapat dirawat secara intensif di tempat tersebut.

"Yang terpenting ada rumah aman. Rumah aman mempunyai penyaring udara, tenaga medis, obat-obatan di mana orang rentan diamankan di rumah itu. Minimal di tingkat kecamatan atau desa tergantung situasi di daerah tersebut," kata dia.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat puluhan jiwa meninggal dunia terkena dampak kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo, mengatakan sebanyak 10 orang meninggal dunia di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan, baik terkena dampak langsung dan tidak langsung.

BERITA TERKAIT

"10 korban tewas di luar dari korban 7 orang meninggal dan 2 orang kritis saat mendaki G. Lawu kemudian terkepung karhutla dan akhirnya terbakar di Kab Magetan, Jawa Timur pada 18-10-2015‎," ujar Sutopo, Sabtu (24/10).

Dia menjelaskan, korban yang terkena dampak langsung meninggal saat memadamkan api. Sementara, korban yang tidak terkena dampak langsung adalah korban yang sakit akibat asap, atau sudah punya riwayat sakit lalu adanya asap memperparah sakitnya.

Berdasarkan data yang dimiliki BNPB, bencana asap telah menyebabkan 503.874 jiwa sakit ISPA‎ di 6 provinsi sejak 1 Juli-23 Oktober 2015. Jumlah masing-masing provinsi adalah 80.263 di Riau, 129.229 di Jambi, 101.333 di Sumatera Selatan, 43.477 di Kalimantan Barat, 52.142 di Kalimantan Tengah dan 97.430 di Kalimantan Selatan.

"Kemungkinan jumlah penderita yang sebenarnya lebih daripada itu karena sebagian masyarakat sakit tidak berobat ke Puskesmas atau rumah sakit. Mereka berobat mandiri sehingga tidak tercatat," tuturnya.

Sebaran asap di Sumatera dan Kalimantan masih meluas. Bahkan asap telah menyebabkan kualitas udara menurun di Filipina, Malaysia dan Singapore. BMKG melaporkan pantauan satelit Himawari menunjukkan asap tipis-sedang menutup Laut Jawa dan sebagian Jakarta tersapu asap tipis.

Sementara itu, lebih dari 43 juta jiwa penduduk terpapar oleh asap. Data ini hanya dihitung di Sumatera dan Kalimantan. Data ini dianalisis dari peta sebaran asap dengan peta jumlah penduduk.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas