TNI AU Naksir Pesawat Be-200 Altair
TNI AU butuh pesawat dengan kapasitas lebih besar untuk mengangkut air
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - TNI Angkatan Udara (AU) sudah menurunkan puluhan kendaraan angkutan udara, untuk menangani kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Namun, menurut Kepala AU (KSAU), Marsekal TNI AU, Agus Supriatna, aset yang dimiliki TNI AU, masih jauh dari cukup.
Agus Supriatna mengatakan TNI AU butuh pesawat dengan kapasitas lebih besar untuk mengangkut air, yang bisa membuat upaya pemadaman titik api menjadi jauh lebih efisien.
Pesawat yang ditaksir oleh TNI AU menurut Agus Supriatna adalah pesawat Beriev Be-200 Altair, yang merupakan pesawat pabrikan Rusia. Pesawat amfibi tersebut bisa mengisi air hingga 12 ton, sembari terbang rendah di permukaan laut maupun sungai.
Pesawat tersebut pernah datang ke Indonesia pada Januari lalu, dibawa oleh pemerintah Rusia. Pesawat Be-200 Altair yang didatangkan ke Indonesia, adalah pesawat yang dilengkapi dengan radar canggih, untuk melacak keberadaan pesawat AirAsia QZ 8501 yang jatuh laut Jawa.
"Kita butuh banyak, insyaAllah empat saja sudah cukup," ujarnya, kepada wartawan usai menemui Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, di kantor Wakil Presiden, Jakarta Pusat, Jumat (30/10/2015).
Selama ini dengan pesawat yang hanya bisa mengangkut air di bawah 10 ton seperti pesawat Hercules C-130, pesawat TNI AU itu harus "bolak-balik" dari laut menuju titik api, untuk melakukan pemadaman. Dengan pesawat yang mampu mengangkut air lebih banyak, maka dalam sekali penerbangan akan lebih banyak titik api yang bisa dipadamkan.
Oleh Jusuf Kalla, ia mengaku sudah dijanjikan bahwa pemerintah akan mendukung rencana pembelian pesawat baru. Namun pembelian pesawat untuk TNI AU itu harus menunggu perbaikan kondisi perekonomian Indonesia.
Jusuf Kalla dalam kesempatan berbeda, menambahkan bahwa pemerintah akan mempertimbangkan semua usulan, terkait penambahan pesawat TNI AU. Pemerintah juga akan mengkaji soal pesawat Be-200 Altair yang ditaksir TNI AU, apakah pesawat itu akan berguna untuk Indonesia.
"Setelah kita mengevaluasi, kita ambil keputusan mana yang cocok," terangnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.