Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pluralisme jangan Sebatas Simbol Belaka

Partai Gerindra tidak mempersolakan bila di Komplek Parlemen dibangun rumah ibadah lain selain masjid sebagai simbol pluralisme

Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in Pluralisme jangan Sebatas Simbol Belaka
WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Ketua DPP Taruna Merah Putih Maruar Sirait (kiri) bersalaman dengan Ketua Umum GP Ansor Nusron Wahid (kanan), saat menghadiri acara peringatan Hari Pahlawan dengan tema Masih Adakah Pahlawan di Jakarta Pusat, Minggu (10/11/2013) lalu. GP Anshor dan Taruna Merah Putih (TMP) siap membangun sinergi dan berjuang bersama untuk menegakkan pluralisme di Indonesia. Warta Kota/angga bhagya nugraha 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -Partai Gerindra tidak mempersolakan bila di Komplek Parlemen dibangun rumah ibadah lain selain masjid sebagai simbol pluralisme. Rumah ibadah lain yang dimaksud adalah Pura, Wihara dan Gereja.

"Sebagai simbol saya kira usul itu tak masalah. Sebagai penguatan pluralisme tak apa-apa. di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) kan sudah ada juga, bukan hanya simbol agama tapi semua suku bangsa. Pak Harto membangun itu tanpa harus gembar-gembor," kata Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Edhy Prabowo, (Senin, 16/11/2015).

Namun Edhy memberikan catatan penting. Pertama, menjaga pluralisme jangan hanya sebatas simbol belaka. Ada yang lebih penting dari itu adalah mewujudkan dan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-sehari sebagaimana telah dicontohkan oleh para pendiri bangsa

"Saya kira pluralisme tidak telalu ada masalah. Kita juga sudah punya Pancasila. Pemimpin harus memberi contoh dan teladan dalam melaksanakan plulaisme ini. Kita bisa belajar dari Bung Karno, Pak Harto, Gus Gdur dan tokoh bangsa yang lain," ungkap Edhy.

Dalam konteks ini, sambung Edhy, DPR harus menjadi corong pluralisme. Semua anggota DPR juga harus benar-benar menjalankan dan melaksanakannya.

Catatan kedua Edhy, bahwa anggaran untuk pembangunan apapun harus dilakukan secara efesien. Sebab yang lebih utama adalah bukan membangun simbol-simbol tertentu, melainkan menggunakan anggaran untuk kepentingan rakyat. "Kita selaku konsen dan fokus bahwa anggaran itu lebih penting untuk petani, nelayan, pangan, pupuk. Bagi Gerindra, rakyat yang utama," demikian Edhy.

Sebelumnya, anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Maruarar Sirait mengajukan usulan dalam sidang Paripurna DPR (Senin, 16/11).Maruarar Sirait mengusulkan agar di Komplek Parlemen dibangun rumah ibadah lain, setelah ada masjid. Rumah ibadah yang dimaksud adalah Pura, Wihara dan Gereja.

BERITA TERKAIT

"Ini akan menjadi cerminan pluralitas dan kebhinnekaan yang kita jaga sama-sama, kita rawat sama-sama," ungkap Maruarar.

Maruarar menjelaskan, pembangunan dan kehadiran rumah ibadah masih menjadi masalah dan persoalan di beberapa titik di wilayah NKRI. Kasus terakhir misalnya terjadi di Manokwari maupun Aceh Singkil.

Tentu saja persoalan ini harus diurai secara jernih. Di saat yang sama harus ada simbol yang semakin mengkristalkan pluralitas dan kebhinnekaan Indonenesia. Apalagi juga, MPR sudah sering turun untuk mensosialiasaikan empat pilar berbangsa dan benegara.

Lebih-lebih, lanjut Maruarar, pembangunan rumah ibadah di Komplek Parlemen ini juga bisa mengambil inspirasi dari Founding Father, Soekarno.

"Bung Karno membangun masjid Istiqalal dan juga ada Katedral. Ini inspirasi kita," tegas Maruarar. Jakarta.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas