Prestasi Novanto Jabat Ketua DPR: Donald Trump, Karpet Merah Sampai Pawang Lobi
Politikus partai Golkar itu mengundurkan diri setelah tersangkut kasus dugaan pencatutan nama presiden dan wakil presiden
Penulis: Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setya Novanto akhirnya menanggalkan jabatannya sebagai Ketua DPR setelah memimpin lembaga tinggi negara itu selama lebih dari setahun.
Politikus partai Golkar itu mengundurkan diri setelah tersangkut kasus dugaan pencatutan nama presiden dan wakil presiden dalam negosiasi kontrak Freeport.
Lalu apa kinerja maupun prestasi Novanto selama memimpin DPR dimata para anggota dewan. Sejumlah anggota dewan pun memiliki jawaban beragam mengenai kinerja Novanto tersebut.
"Prestasinya? Kegaduhan terus, karpet merah, Donald Trump," kata Politikus Demokrat Ruhut Sitompul saat ditanya mengenai prestasi Novanto di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (17/12/2015).
Bahkan, Ruhut juga menyebutkan 'prestasi' Novanto pada masa lalu. Hal itu terkait dengan sejumlah kasus yang dikaitkan kepada politikus Dapil NTT itu.
"Sebelumnya, prestasinya impor beras Vietnam, PON, Bank Bali, terus plat nomor mobil diganti," katanya.
Oleh karenanya, Anggota Komisi III DPR itu meminta Novanto tidak hanya mundur dari jabatan Ketua DPR tetapi juga anggota DPR.
"Novanto semuanya sudah punya, jangan mundur jadi Ketua DPR saja tapi anggota juga," imbuhnya.
Sementara, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarief Hasan mengaku sulit menilai kinerja Novanto. Sebab, kepemimpinan Novanto terbilang singkat hanya satu tahun.
"Secara personality orangnya cukup baik. Mungkin kinerja satu tahun waktu sangat singkat, masih harus beradaptasi," ujarnya.
Sekretaris Fraksi Hanura Dadang Rusdiana menilai prestasi Novanto hanyalah koordinasi serta lobi-lobi dengan pihak eksekutif.
Sedangkan untuk kinerja, Dadang mengkritiknya. Ia menilai Pimpinan DPR sering melakukan miss management.
"Pimpinan DPR tidak bisa mengatur ritma, paripurna yang datang beberapa orang karena terbentur kunjungan kerja (kunker), pimpinan tidak bisa memanage, rendah produktivitas," kata Dadang.
"Pawan ular matinya karena ular, Pawang lobi matinya dengan lobi," tambah Dadang mengibaratkan pengunduran diri Novanto.