Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Megawati Soal Asal Usul Bung Karno Rumuskan Marhaenisme

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri bercerita mengenai kisah Bung Karno yang melahirkan konsep Marhaenisme.

Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Cerita Megawati Soal Asal Usul Bung Karno Rumuskan Marhaenisme
Tribunnews/Irwan Rismawan
Megawati Soekarnoputri 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri bercerita mengenai kisah Bung Karno yang melahirkan konsep Marhaenisme.

Cerita itu ia sampaikan pada pidato politik Rapat Kerja Nasional (Rakernas) I PDIP di Kemayoran, Jakarta, Minggu (10/1/2016).

"Saya teringat, bagaimana Bung Karno menceritakan perjumpaannya dengan seorang petani miskin di Bandung Selatan, Jawa Barat," kata Megawati membuka ceritanya.

Ia merasakan dialog dengan petani tersebut penuh dengan romantika, dinamika dan dialektika seorang pemimpin dengan rakyatnya.

Menurut Megawati, rakyat yang tetap miskin, walaupun ia memiliki alat-alat produksi sendiri.

Padahal, petani itu juga tidak menjual tenaganya kepada sang majikan.

BERITA TERKAIT

"Beginilah percakapan yang diceritakan oleh Bung Karno kepada saya," kata Megawati.

Bung Karno : Engkau kaya atau miskin?
Petani : Abdi miskin (saya miskin)
Bung Karno : Tanah yang engkau garap siapa punya?
Petani : Gaduh abdi (artinya milik dia)
Bung Karno : Pacul (cangkul) ini siapa punya?
Petani : Abdi (artinya milik dia)
Bung Karno : Segala-galanya siapa punya?
Petani : Abdi (dia yang memiliki)
Bung Karno : Namamu siapa?
Petani : Marhaen

"Dari percakapan itulah, Bung Karno merumuskan sebuah teori politik, dan saya selalu mengganggapnya sebagai teori perjuangan, yang disebut Marhaenisme," ungkap Megawati.

Dikatakan Megawati, Marhaenisme baginya merupakan sebuah teori progresif, revolusioner, dan persatuan.

Presiden ke-5 RI itu menuturkan marhaenisme merupakan satu kata pemersatu.

Bung Karno, kata Megawati, mendefinisikan persatuan dari semua rakyat Marhaen.

“Semua orang Indonesia yang melarat, baik proletar maupun bukan proletar, asal melarat. Baik buruh, maupun tani, maupun nelayan, maupun pegawai di kantor, maupun insinyur-insinyur, maupun meester-meester, maupun dokter-dokter, asal dia melarat artinya kecil, saya namakan dia Marhaen," kata Megawati menirukan ucapan Soekarno.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas