Pimpinan Gafatar Lebih Percaya Moshaddeq Ketimbang Alim Ulama
"Apa salahnya kami pilih beliau (Moshaddeq), kami tidak percaya sama alim ulama," kata Tumanurung.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Ketua Umum Organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) Mahful M Tumanurung mengatakan bahwa Ahmad Moshaddeq merupakan narasumber spiritual Gafatar.
Akan tetapi, Moshaddeq tidak masuk dalam struktur organisasi, pengurus, ataupun 52 pendiri organisasi tersebut.
"Bahwa dalam perjalanannya Gafatar memiliki nilai, beliau (Moshaddeq) kami berikan posisi sebagai narasumber spiritual," ujar Mahful, di Gedung YLBHI, Jakarta, Selasa (26/1/2016).
"Apa salahnya kami pilih beliau, kami tidak percaya sama alim ulama," kata dia.
Mahful menegaskan, mayoritas mantan anggota Gafatar telah keluar dari paham ajaran Islam yang dipercaya secara umum dan memegang teguh paham Millah Abraham.
Ajaran Millah Abraham juga memercayai bahwa Ahmad Moshaddeq adalah Al-Masih Al'Maw'ud, mesias yang dijanjikan untuk umat penganut ajaran Ibrahim/Abraham meliputi Islam (bani Ismail) dan Kristen (bani Ishaq), menggantikan Nabi Muhammad SAW.
"Tapi secara keagamaan, kami pulangkan kepada warga eks Gafatar. Karena mereka dari berbagai latar belakang. Namun, bagi mereka yang ingin mendalami ajaran Taurat, Injil, dan Al Quran, kami sampaikan tanpa ada paksaan," ucap Mahful.
Pria yang mengaku lulusan UIN Syarif Hidayatullah Ciputat ini menegaskan, Gafatar menggelar kongres pada 14 Agustus 2011 dan menetapkannya sebagai ketua umum.
Program utama Gafatar adalah pertanian mandiri. Namun, pada 13 Agustus 2015, organisasi Gafatar dibubarkan melalui kongres luar biasa.
Saat dibubarkan, anggota Gafatar mencapai sekitar 50.000 orang dan jumlah simpatisannya lebih banyak dari angka tersebut.
Pembubaran organisasi Gafatar, kata Mahful, dilakukan karena berbagai alasan. Sejak saat itu, semua anggota Gafatar diberi keleluasaan untuk tetap menjalankan program, termasuk keyakinan yang dianut.
Mahful menegaskan, Gafatar tidak pernah sembunyi-sembunyi melakukan perekrutan anggota.
Ia juga mengaku sempat meminta waktu berdialog dengan MUI pada medio 2015, tetapi tidak pernah ditanggapi.
Penulis : Indra Akuntono