Kementerian Agama Kirim Pemuka Agama ke Penampungan Gafatar
Lukman menjelaskan, maksud dikirimnya tokoh-tokoh agama, agar mereka bisa berdialog dengan anggota Gafatar.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin telah mengirim sejumlah tokoh-tokoh agama ke penampungan tempat singgah anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).
Lukman menjelaskan, maksud dikirimnya tokoh-tokoh agama, agar mereka bisa berdialog dengan anggota Gafatar.
Hal itu, agar mereka bisa bertukar pikiran, dan pemuka agama bisa mengajak mereka mendalami esensi, substansi dari ajaran agama.
Lukman mencontohkan, para eks Gafatar memiliki pemahaman yang beragam tentang agama Islam.
Adanya tokoh agama yang berdialog dengan mereka, bertujuan agar para anggota Gafatar tidak memiliki pemahaman yang ekstrem.
"Karena sebagian dari mereka sudah meninggalkan Salat. Mengatakan, bahwa puasa bukanlah kewajiban musilm, dan seterusnya," ujar Lukman di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Kamis (28/1/2016).
Setelah adanya dialog antara pemuka agama dengan eks Gafatar, Lukman berharap, masyarakat bisa menerima kembali eks Gafatar di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat.
Oleh karnanya harapan kami agar masy jd bisa menerima mereka utk diajak dialog. Diajak bertukar pikiran sehingga harapannya mereka bisa kembali ke tengah2 masyarakat, ke tengah keluarganya
"Tentu pendekatannya berbeda-beda dan butuh waktu untuk proses," kata Lukman.
Sementara itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) tengah mengkaji dan meneliti Gafatar. Jika berdasarkan kajian ditemukan adanya kaitan Gafatar dengan Al Qiyadah yang berpaham agama, maka fatwanya sudah jelas sesat.
MUI melakukan pendalaman dengan menurunkan tim ke wilayah-wilayah yang terdeteksi ada Gafatar.
Gafatar yang berdiri pada 14 agustus 2011 disebut banyak pihak memiliki keterikatan dengan NII lewat Mussadeq.
Mussadeq membentuk Al Qiyadah Al Islamiyah pada 2000 sampai dibubarkan pada 2007, setelah aliran yang dibawanya itu dinyatakan sesat oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Mussadeq yang sejak awal mengaku menerima wahyu Tuhan lewat malaikat Jibril, pada 2010 kembali mendirikan organisasi serupa guna mengakomodasi alirannya, yaitu mendirikan Komunitas Millah Abraham (Komar).
Ajaran itu diduga kuat memiliki benang merah, yaitu ajaran Mussadeq yang mencampuradukkan agama Islam, Nasrani, dan Yahudi.
Millah Ibrahim juga akhirnya harus berganti nama menjadi Gafatar dengan alasan menghindari kritik dan sorotan publik karena dinilai masih mempraktikkan penodaan ajaran agama. Gafatar mengklaim sebagai organisasi sosial-budaya, bukan keagamaan.