Aiptu Budiono Tertembak Teroris Rasanya Seperti Ditempeli Besi Panas
Saat letusan peluru terdengar tiba-tiba ada seseorang mendekat menodongkan senjata dan menembakkannya lebih dari sekali.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Dewi Agustina
Selepas apel di Polres Jakarta Pusat, pada Kamis nahas tersebut ia mendapat giliran tugas berjaga di depan Balaikota DKI Jakarta.
Bersama pasukannya ia rencananya bertugas mengawal aksi unjuk rasa.
Menurut Budiono sebagai Provost, sejumlah tugas diembannya, selain mengawasi para personel yang mengawal unjuk rasa, ia biasanya mendatangi Polsek di wilayah hukum Jakarta Pusat memastikan sejumlah kegiatan berjalan baik.
Saat sedang berjaga di depan Balaikota tiba-tiba radio polisi yang dipegangnya menginformasikan terjadinya ledakan di depan Pos Polisi Sarinah.
Naluri seorang polisi, membuatnya langsung menuju lokasi ledakan yang hanya berjarak kurang lebih 2 kilometer. Menggunakan sepeda motor ia sampai di lokasi kurang dari 5 menit.
"Naluri saya seorang polisi, dan di sana (Sarinah) menjadi wilayah tugas saya membuat saya langsung ke lokasi untuk memastikan kondisi baik-baik saja," ujar Budiono di rumahnya, Kamis (4/2/2016) petang.
Budiono mengaku salah perkiraan. Ia menyangka kondisi sudah aman lantaran ledakan telah terjadi.
Biasanya setelah terjadi ledakan kondisi aman dan steril.
Ia kemudian memarkirkan motornya di Jalan Thamrin berjarak kurang lebih 100 meter dari pos polisi Sarinah untuk mengamankan lokasi karena ada korban tergeletak.
Namun tak disangka tiba-tiba terdengar suara tembakan. Saat letusan peluru terdengar tiba-tiba ada seseorang mendekat menodongkan senjata dan menembakkannya lebih dari sekali.
Budiono sempat menangkap wajah orang yang menembaknya tersebut.
Menurutnya pelaku yang kemudian teridentifikasi bernama Muhammad Ali tersebut melesatkan peluru dengan wajah datar.
"Dia menembak tanpa ekspresi, datar, dan setelah menembak berlalu begitu saja," katanya.
Setelah tertembak Budiono mengaku tidak terpikir mengangkat senjata yang ada di pinggangnya.