Bersama Bunda, Balita Ini Sudah Mendaki 16 Gunung di Indonesia
"Aku hanya ingin max belajar bahwa apa yg sudah kita miliki dan bisa kita nikmati saat ini berasal dari perjuangan keras."
Editor: Robertus Rimawan
"Aku hanya ingin max belajar bahwa apa yg sudah kita miliki dan bisa kita nikmati saat ini berasal dari perjuangan keras."
"Dan perjuangan itu akan terus kita hadapi walaupun jatuh bangun jangan sampai kita menyerah, tapi juga tidak menghilangkan kepedulian kita pada apa yang ada di sekeliling yang juga harus kita jaga baik itu manusia, hewan dan lingkungan."
"Jangan sampai dia hanya menjadi anak cerdas, tangguh tapi egois pada lingkungannya"
(drh Nyoman Sakyarsih)
TIDAK banyak yang mampu melakukannya. Mendaki ke puncak-puncak tertinggi di tanah air.
Apalagi, melakukan pendakian dengan membawa beban seorang balita.
Tapi ibu muda ini sudah membuktikannya.
Membuktikan bahwa ia mampu dan bahkan menjadi inspirasi bagi belasan ribu followers akun instagramnya.
Ya, inilah kisah petualangan seorang ibu muda bernama drh Nyoman Sakyarsih dan anak balitanya bernama Max yang mendaki belasan puncak gunung di tanah air.
Bagaimana kisahnya? Berikut hasil wawancaranya ;
Max ke Puncak Bromo Saat Berusia 5 Bulan
Nyoman menjelaskan bahwa Max kali pertama diajak berpetualangan ke Gunung Bromo pada bulan Mei 2013 silam.
Saat itu, Max sendiri usianya baru lima bulan.
Untuk membawa Max yang masih sangat belia ini, Nyoman melengkapi dirinya dengan sebuah gendongan bayi standar.
Foto : Instagram/drh Nyoman Sakyarsih
Tak disangka, ternyata Max menikmati perjalanan tersebut. Hingga terbesit keinginannya untuk kembali membawa Max ke puncak gunung.
Nyoman pun membawanya ke Gunung yang kedua, yakni Gunung Batur di Bali pada awal tahun 2014 lalu.
Untuk mewujudkan rencana ini, Nyoman melakukan persiapan yang cukup banyak.
Ia mempersiapkan gendongan bayi, kemudian mencoba berbagai posisi supaya Max bisa nyaman dalam gendongan.
Nyoman bahkan harus mencoba mendaki ke puncak Gunung Batur untuk membuktikan apakah dirinya masih kuat atau tidak.
Foto : Instagram/drh Nyoman Sakyarsih
Yakin dengan kemampuannya, akhirnya Nyoman pun berani untuk membawa Max yang saat itu usianya baru 15 bulan.
"Untunglah masih kuat sampai puncak walau kaki lemes gemeteran saat turun. saat itu berat max 9 kg dan total dengan gendongan bisa 15kg ," jelasnya.
Setelah petualangan tersebut, secara bertahap mereka mulai berpetualang ke beberapa gunung lainnya.
Dari yang hanya ditempuh dalam beberapa jam pendakian, hingga yang memerlukan waktu hingga berhari-hari sehingga harus menginap di pegunungan.
"Jadi dia naik gunung melalui proses adaptasi yang panjang tentunya dengan persiapan yang peralatan dan p3k lengkap untuk segala macam emergency yang mungkin terjadi disesuaikan dengan karakteristik gunung yang akan kita daki. jadi awalnya pasti aku banyak survey sebelum memutuskan mendaki," paparnya.
Sudah Mendaki 16 Puncak
Total, Nyoman telah membawa Max ke 16 puncak gunung di tanah air. Mulai dari Gunung Bromo ketika Max masih berusia 5 bulan.
Kemudian mendaki Gunung Batur saat Max berusia 15 bulan. Selanjutnya, mendaki Prau dan Sikunir di dataran tinggi Dieng saat Max berusia 18 bulan.
Kemudian mendaki Gunung Agung dan Gunung Ijen saat Max berusia 1 tahun 8 bulan. Gunung Papandayan juga pernah ia daki ketika Max masih berusia 1 tahun 9 bulan.
Keduanya juga mendaki Gunung Rinjani saat Max berusia 1 tahun 11 bulan, kemudian bukit Gunung Batu Jonggol ketika Max berusia 2 tahun 3 bulan, selanjutnya mendaki Gunung Merbabu ketika Max berusia 2 tahun 4 bulan.
Gunung Semeru didaki ketika Max berusia 2 tahun 6 bulan, kemudian Gunung Dempo ketika Max berusia 2 tahun 8 bulan.
Mendaki Gunung Tambora saat Max berusia 2 tahun 11 bulan, serta mendaki Puncak Argopuro dan Puncak Rengganis Gunung Argopuro ketika Max berusia 3 tahun 1 bulan.
Sebenarnya, tambahnya, jika dihitung maka ada satu lagi bukit Gunung Lembu di Purwakarta. Sehingga total puncak yang sudah didaki ada 16 puncak.
Lantas apa sebenarnya tujuan Nyoman membawa anaknya mendaki ke puncak gunung?
"Aku hanya ingin max belajar bahwa apa yg sudah kita miliki dan bisa kita nikmati saat ini berasal dari perjuangan keras."
"Dan perjuangan itu akan terus kita hadapi walaupun jatuh bangun jangan sampai kita menyerah, tapi juga tidak menghilangkan kepedulian kita pada apa yang ada di sekeliling yang juga harus kita jaga baik itu manusia, hewan dan lingkungan."
"Jangan sampai dia hanya menjadi anak cerdas, tangguh tapi egois pada lingkungannya," paparnya. (*)