Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Lion Air dan Garuda Nyaris Tabrakan?, Ini Pernyataan AirNav

Dalam pengaturan navigasi penerbangan, ada jarak aman minimum antar pesawat baik batas vertical maupun longitudinal.

Penulis: Hendra Gunawan
zoom-in Lion Air dan Garuda Nyaris Tabrakan?, Ini Pernyataan AirNav
TRIBUN TIMUR/TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Perum LPPNPI) atau AirNav Indonesia membantah hampir terjadi tabrakan antara pe-sawat Garuda dengan Lion Air di langit Bali pada Rabu, 10 Februari 2016.

“Tidak benar ada peristiwa tersebut. Kami sudah melakukan pengecekan dan pengaturan ketinggian pe-sawat sesuai dengan ketentuan ICAO (International Civil Aviation Organization),” ujar Corporate Secretary AirNav Indonesia, Ari Suryadharma dalam pernyataan persnya di Jakarta, Jumat (12/2/2016).

Disampaikan Ari, sesuai ketentuan ICAO, dalam pengaturan navigasi penerbangan, ada jarak aman minimum antar pesawat baik batas vertical maupun longitudinal.

“Untuk batas ketinggian antar pesawat itu namanya Reduced Vertical Separation Minima atau RVSM, yaitu 1.000 kaki. Untuk longitudinal separation, bervariasi tergantung type pesawat, ada yang 5 NM, ada yang 10 NM. Pengaturan navigasi penerbangan oleh ATC di seluruh dunia, termasuk Indonesia mengikuti ketentuan tersebut,” papar Ari.

Namun, lanjut Ari, harus dipahami, bahwa pesawat berada di ruang udara dan bukan di atas landasan.

“Pesawat itu kan tidak selalu dia stabil terus di ketinggiannya, kalau ada cuaca buruk, bisa saja ada guncangan, karena pesawatnya di udara bukan di darat. Se-hingga, berdasarkan ICAO Document 4444, ada batasan toleransi + 300 kaki,” jelasnya.

Meski demikian, disampaikan Ari, pengaturan navigasi penerbangan oleh ATC tetap menggunakan batas minimum 1.000 kaki.

Berita Rekomendasi

Disampaikan Ari, pesawat Garuda dengan nomor penerbangan GA 340 dari Surabaya serta Lion Air JT 960 dari Bandung sedang holding menunggu giliran mendarat di Bandara Ngu-rah Rai, Denpasar, Bali.

Ari mengatakan holding merupakan hal lazim terjadi, bisa disebabkan oleh cuaca buruk atau banyaknya pesawat yang ingin mendarat di sebuah ban-dara.

Pada saat itu, sedang terjadi cuaca buruk yang mengakibatkan jarak pandang berkurang. Akibatnya, ada 22 pesawat yang holding menunggu untuk mendarat.

Bahkan, lanjut Ari, buruknya cuaca sampai mengakibatkan beberapa flight yang holding ada yang divert ke bandara lain, termasuk GA 340 yang memilih Return To Base (RTB) ke Surabaya.

Selain itu, beberapa flight yang berangkat dari Denpasar juga mengalami delay karena tidak dapat take off akibat buruknya cuaca.

Ari menjelaskan, GA 340 dan JT 960 berputar di udara dengan jarak sekitar 1.000 kaki satu sama lain. Garuda berada di ketinggian 17 ribu kaki sedangkan Lion Air berada di ketinggian 16 ribu kaki. Garuda berputar ke arah kanan sementara Lion ke arah se-baliknya.

Memang, disampaikan Ari, jika melihat pergerakan kedua pesawat melalui Flightradar24.com yang banyak ditampilkan media, kesannya hampir terjadi tabrakan. “Terlihat memang kedua pesawat seolah akan bertabrakan karena putaran berbeda yang dilakukan saat holding. Namun ketinggiannya berbeda. Jadi itu aman,” terangnya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas