Mimpi Lettu CPN Wirahdi Tri Darmoko Nikahi Kekasih Kandas
Air mata perempuan berusia 53 tahun itu terus tumpah membasahi pipi.
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Gusti Sawabi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Qodir
Tribunnews.com, JAKARTA - Air mata perempuan berusia 53 tahun itu terus tumpah membasahi pipi.
Nurhasanah, nama perempuan yang tampak mengenakan hijab hitam putih. Ia duduk memandangi foto di teras depan rumah nomor 2 Komplek Perumahan PU II, RT 003 RW 034, Kelurahan Bojong, Rawa Lumbu, Kota Bekasi, Jawa Barat, pada Senin (21/3) siang.
Nurhasanah merupakan ibunda dari Lettu CPN Wirahdi Tri Darmoko (26), copilot helikopter TNI AD yang jatuh di Poso, Sulawesi Tengah dan meninggal dunia pada Minggu (20/3) petang.
Kesedihan mendalam membuatnya tak bisa memberikan pernyataan ke awak media.
Pringgono, 57 tahun, ayah almarhum yang berkemeja biru abu-abu, terlihat lebih tegar kendati matanya berkaca-kaca. Ia masih bersedia memberikan sedikit informasi tentang latar belakang almarhum.
Mengawali wawancara dengan awak media, Pringgono mengaku sudah menyiapkan liang lihat untuk jenazah putra bungsunya itu begitu diterbangkan dari Poso.
"Sudah pesan kuburan yang dekat, di TPU Kartini (Bekasi). Sudah digali seperempat. Tapi, ternyata dimakamkan di TMP (Taman Makam Pahlawan) Kalibata," ujar Pringgono sembari memeluk foto mendiang putranya yang mengenakan seragam Akmil.
Pantauan Tribun, rumah tempat tinggal almarhum terbilang sederhana. Tembok dinding rumah berbahan dasar batako tanpa pelapis plesteran. Rumah seluas 100 meter persegi itu hanya beratap asbes.
Bendera kuning tampak terpasang di ujung pagar rumah. Sejumlah anggota Kodim 0507/Bekasi tampak hadir untuk melayat. Beberapa karangan bunga terpasang di samping rumah, di antaranya berasal dari Danpuspenerbad Brigjen TNI Benny Susianto SiP dan Danrem 051/Wijayakarta.
Rencananya, 13 jenazah anggota TNI AD korban heli jatuh tersebut akan dikebumikan di TMP Kalibata dengan upacara militer usai identifikasi di RS Polri, Kramat Jati, Jaktim.
Pringgono menceritakan, Dika merupakan putra bungsu dari tiga bersaudara. Ia menyelesaikan pendidikan Akademi Militer (Akmil) pada Juli 2012. Selepas lulus pendidikan, ia bergabung dengan Skuadron 12 Serbu Bandar Lampung, sebagai copilot. Dinas pertamanya yakni menjadi copilot dalam sebuah misi selama dua bulan di Pontianak, Kalimantan Barat.
Pringgono sendiri merupakan pegawai negeri sipil (PNS) di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU dan PR). Ia tidak menyangka anak bungsunya meninggal dunia secepat itu. Padahal tiga tahun lagi, Dika berencana menikah dengan kekasihnya.
"Rencananya pas dia (Dika) naik pangkat jadi Kapten, mau menikah dengan pacarnya. Kekasihnya orang biasa dan orangnya baik, saya sudah pernah ketemu dengannya," kata Pringgono.
Pringgono mengungkapkan, tiga hari sebelum kejadian atau pada Kamis (17/3) dirinya sempat berkomunikasi dengan Dika lewat sambungan telepon. Saat itu, Dika bercerita tentang tugasnya yakni menjadi co-pilot di sebuah helikopter menuju daerah Poso.
"Saat itu, saya yang menelpon, dan dia sempat minta doa dan restu karena ada tugas di Poso," ungkapnya