Generasi Millenial yang Mengubah Peta Filantropi Indonesia
Kini dunia filantropi tak lagi identik dengan kegiatan kedermawanan 'orang tua' atau 'örang kaya' yang melakukannya di hari tua atau menjelang pensiun
Penulis: Choirul Arifin
Mereka juga memandang keterlibatannya dalam kegiatan filantropi sebagai investasi bagi pengembangan karakter dan kapasitasnya untuk menjadi pemimpin di masa mendatang.
Selain pemanfaatan teknologi informasi, salah satu ciri yang menonjol dari filantropi millenial adalah komunitas sebagai pendukung dan penggerak inisiatif dan gagasannya. Hasil penelitian awal PIRAC (Public Interest Researh and Advocacy Center) menggambarkan, saat ini berbagai komunitas yang digerakkan para filantrop muda ini mulai berperan signifikan dalam pengembangkan filantropi di Indonesia.
PIRAC mengidentifikasi lebih dari 99 organisasi komunitas yang secara khusus dibentuk dan dikembangkan untuk mengembangkan kegiatan filantropi.
Inisiatif kegiatan filantropi ini umumnya digagas oleh perorangan atau komunitas tertentu dan dipromosikan melalui pemanfaatan media sosial (FB, twitter, instagram, dll) yang kemudian direspon dan didukung oleh masyarakat luas.
Mereka bergerak dengan beragam program, mulai dari penyantunan, pelayanan sosial, penanganan bencana, pendidikan, kesehatan, pelestarian lingkungan sampai pemberdayaan ekonomi.
Berbeda dengan organisasi sosial atau LSM, organisasi komunitas sebagian besar tidak berbadan hukum, struktur kepengurusan bersifat cair, bersifat interaktif dan mendorong keterlibatan masyarakat, khususnya kaum muda, dalam kegiatannya.