Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Alfian: Gak Seperti di Film-film, Kami Tidak Diikat, Tidak Dipukuli

penyanderaan yang dialami olehnya tidak seperti yang ada di film-film.

Penulis: Yurike Budiman
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Alfian: Gak Seperti di Film-film, Kami Tidak Diikat, Tidak Dipukuli
Yurike Budiman/Tribunnews.com
Alfian didampingi sepupunya, Nova Repi, saat jumpa pers di depan rumah tantenya di kawasan Kebon Bawang, Jakarta Utara pada Selasa (3/5/2016) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Salah satu korban penyanderaan Abu Sayyaf, Alfian Elvis Repi, kini sudah berkumpul bersama keluarganya.

Ditemui Tribunnews.com di rumah tantenya di Jl Swasembada Barat XVII no.25, Kebon Bawang, Jakarta Utara, Alfian menceritakan kronologis penangkapan hingga akhirnya dibawa ke hutan bersama sembilan ABK lainnya.

Menurutnya, penyanderaan yang dialami olehnya tidak seperti yang ada di film-film.

"Kami diperlakukan baik di sana, mungkin keluarga mikirnya seperti yang ada di film-film, tapi nggak. Di sana kami tidak diikat, tidak dipukuli," ujarnya pada Selasa (3/5/2016).

Ia juga mengatakan 10 ABK hanya mengikuti kelompok Abu Sayyaf selama hampir dua bulan disandera.

"Apa yang mereka makan, kita makan. Apa yang mereka minum kita minum. Mereka tidur dimana, kitapun tidur di situ. Kita jalan mereka jalan, tidak ada yang diancam dan dipukul, semua diperlakukan dengan baik selama disana tanpa terkecuali," katanya.

Ia juga mengklarifikasi tidak ada pemisahan sandera antara nonmuslim dan muslim.

BERITA REKOMENDASI

Dirinya hanya bersama dengan sembilan ABK dan tidak mengetahui keempat ABK lain yang ikut disandera.

"Kami dipisah karena buat proses keselamatan kita bersama. Yang dipisah itu buat yang tiga orang ini agar bisa komunikasi sama orang Indonesia, gak tahu pemerintah atau kantor," ujarnya.

Ia membantah adanya kontak senjata yang terjadi di sana.

"Tak ada kontak senjata kalau selama kita di sana. Kita berpindah dari tempat satu ke yang lain untuk menghindar," ujarnya.

Sebelum penangkapan dirinya dan sembilan yang lain di kapal Brahma, ia sudah melihat dari kejauhan ada perahu yang mendekat.


"Kira-kira sekitar pukul 15.00, itu pas jam jaga saya sebagai perwira jaga di atas. Saya sudah lihat ada perahu dari jauh, saya panggil masinis tiga, panggil kapten ke atas, saya katakan ada perahu mendekat, lalu apa tindakan kita? Awalnya mereka pakai kaos PNP (Police National Philipine), tapi saat merapat mereka langsung keluar senjata," ujarnya bercerita awal penangkapannya.

Saat pihaknya diperintah untuk menghentikan mesin kapal, hal itu langsung dituruti.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas