Tanggapi Kivlan Zen, NasDem Bantah Yayasan Sukma Tiba-tiba Jemput 10 WNI
Menurut Kivlan, Yayasan Sukma tak ikut berpartisipasi dalam upaya pembebasan yang dilakukan pihaknya dan tiba-tiba menjemput sandera.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Dewan Pakar Partai NasDem Taufiqulhadi membantah bahwa Yayasan Sukma hanya menjemput 10 warga negara Indonesia (WNI) yang disandera kelompok Abu Sayyaf.
Dia memastikan bahwa Yayasan Sukma yang berafiliasi dengan NasDem itu ikut terlibat dalam proses pembebasan 10 WNI anak buah kapal Brahma 12.
"Itu menurut saya naif sekali kalau dikatakan hanya menjemput sandera. Tidak mungkin," kata Taufiqulhadi saat dihubungi, Selasa (3/5/2016).
Hal tersebut disampaikan Taufiq menanggapi pernyataan Mayor Jenderal (Purn) Kivlan Zen, salah satu anggota tim negosiator pembebasan 10 WNI.
Menurut Kivlan, Yayasan Sukma tak ikut berpartisipasi dalam upaya pembebasan yang dilakukan pihaknya dan tiba-tiba menjemput sandera.
"Memang yang punya pesawat di Indonesia hanya tim ini? Kenapa tiba-tiba yang hadir tim ini? Karena sudah dari awal. Jadi itu tidak benar," kata Taufiq.
Taufiq menilai Kivlan tidak mendapatkan informasi yang benar karena memang operasi yang dilakukan tim Yayasan Sukma dan tim Kivlan berbeda.
Kivlan berupaya membebaskan sandera dengan berkomunikasi dengan pemimpin Moro National Liberation Front (MNLF), Nur Misuari.
"Dia selalu mengandalkan Misuari. Setelah dia berbicara dengan Misuari, dia menganggap sudah selesai persoalannya. Dia tidak tahu kemudian prosesnya apa lagi yang terjadi di sana," ucap Taufiq.
Menurut dia, selain upaya yang dilakukan tim Kivlan Zein itu, tim dari Yayasan Sukma juga sudah melakukan upaya lain.
Misalnya, dengan melakukan dialog langsung dengan pihak tokoh masyarakat, LSM, serta lembaga kemanusiaan daerah Sulu yang memiliki akses langsung ke pihak Abu Sayyaf.
Akhirnya, pasukan Abu Sayyaf pun sepakat untuk menyerahkan sandera tanpa uang tebusan.
"Sepenuhnya di lapangan itu dilakukan oleh tim ini. Penyerahannya dilakukan di sebuah pantai,, namanya Pantai Parang. Begitu mereka turun dari kapal, menyerahkan sandera, tiga menit mereka langsung naik kapal lagi," ucap anggota Komisi III DPR ini.
Inisiatif untuk membentuk tim negosiasi ini, lanjut Taufiq, sudah muncul sejak 3 April lalu saat rapat koordinasi Partai NasDem.
Yayasan Sukma memimpin operasi di bawah Ahmad Baidowi dan Samsul Rizall Panggabean, dibantu kelompok Media Group, serta Partai NasDem di bawah Ketua Fraksi Partai NasDem di DPR Victor B Laiskodat dan anggota DPR Fraksi Partai NasDem Mayjen (Purn) Supiadin.
Penulis: Ihsanuddin