Setya Novanto Dinilai Sulit Menaikkan Suara Golkar
Novanto merupakan sosok yang sudah diputuskan tercela dalam sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Fraksi Golkar DPR RI Setya Novanto dinyatakan lolos sebagai bakal calon ketua umum di Munaslub Golkar.
Menanggapi hal tersebut Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) menilai Novanto tidak layak menjadi bakal calon ketua umum.
Apalagi bila terpilih sebagai Ketua Umum (Ketum).
Alasannya, Novanto merupakan sosok yang sudah diputuskan tercela dalam sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR.
"Yang saya tahu, Golkar itu punya kriteria PDLT (prestasi, dedikasi, loyalitas dan tak tercela). Dari kriteria itu, saya menilai Novanto tidak layak karena sudah pernah dinilai tercela," kata Peneliti Formappi Lusius Karus ketika dihubungi, Jumat (6/5/2016).
Lusius menuturkan Novanto melakukan perbuatan tercela dalam kasus Papa Minta Saham ke PT Freeport dengan mencatut nama Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Kasus ini pun sudah disidangkan oleh MKD yang menyebabkan Novanto mundur dari jabatan Ketua DPR.
"Fakta seperti itu mau dilupakan begitu saja oleh Golkar yang merupakan partai besar dengan sejarah yang panjang? Apakah itu tidak perlu dipertimbangkan? Kalau tidak dipertimbangkan, bagaimana ketentuan PDLT itu?" tanya Lusius.
Bila Novanto terpilih sebagai Ketua Umum Golkar, Lusius pesimis Mantan Ketua DPR itu akan mampu membangkitkan suara partai berlambang pohon beringin itu.
Pasalnya, kasus 'Papa Minta Saham' akan tetap diingat rakyat. Hal itu berpengaruh pada perolehan suara Golkar pada Pemilu 2019 nanti.
"Golkar harus dipimpin figur bersih supaya bisa bangkit. Kalau tidak, Golkar akan ditinggalkan rakyat," tegasnya.