Imparsial: Pemerintah Berlebihan soal Palu-Arit
Direktur Program Imparsial, Al Araf menilai pemerintah berlebihan dalam menanggapi adanya isu kebangkitan komunisme.
Penulis: Imanuel Nicolas Manafe
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Program Imparsial, Al Araf menilai pemerintah berlebihan dalam menanggapi adanya isu kebangkitan komunisme.
"Menjadi berlebihan jika kita masih dalam bayang-bayang Komunisme," ujar Al Araf di Gedung Bina Graha, Jakarta, Senin (16/5/2016).
Berlebihan menurut Al Araf, yakni sampai adanya penyitaan terhadap buku-buku yang berbau komunisme, Marxisme-Leninisme maupun baju berlambang palu-arit yang lekat dengan Komunisme.
Menurut Al Araf, bukan berarti memiliki baju berlambang palu-arit, ataupun memiliki buku berisi tentang paham komunisme tandanya ingin menyebarkan paham tersebut ke publik.
"Belum tentu orang yang baca buku itu menjadi bagian dari paham Komunis. Malah bisa jadi dia mau kritik ideologi itu. Artinya itu bagian dari kebebasan berpikir yang tidak bisa dikriminalisasi," kata Al Araf.
Bahkan, lanjut Al Araf, Komunisme sudah bukan ancaman lagi bagi Pemerintah Indonesia. Hanya sedikit negara yang masih menganut paham ini di dalam sistem pemerintahannya.
"Korut, China pun sudah bergeser menjadi kapitalis. meski parpolnya Komunis. sehingga menjadi berlebihan jika kita msih dalam bayang-bayang komunisme. PascaSoviet runtuh, komunisme sendiri juga sudah runtuh, sehingga kebangkitan komunisme adalah sebuah ilusi," kata Al Araf.