Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengamat: Akom Menjadi Bintang di Munaslub Partai Golkar

Pemilihan calon ketua umum Partai Golkar akhirnya mengukuhkan Setya Novanto sebagai nakhoda baru

Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in Pengamat: Akom Menjadi Bintang di  Munaslub Partai Golkar
Tribunnews.com/Ferdinand Waskita
Ade Komaruddin (tengah) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemilihan calon ketua umum Partai Golkar akhirnya mengukuhkan Setya Novanto sebagai nakhoda baru, sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar untuk lima tahun mendatang.

Setnov menjadi ketua umum setelah pesaing terdekatnya, Ade Komarudin memutuskan tak maju pada pemilihan putaran kedua.

Dalam Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Golkar di Nusa Dua, Bali, Selasa (17/5/2016) dini hari, Setnov -sapaan Novanto- mendapat 277 suara. Sedangkan Ade di posisi kedua dengan 173 suara.

Posisi itu sebenarnya masih memungkinkan pemilihan untuk dilanjutkan ke putaran kedua.

Sebab, aturan pemilihan memang memungkinkan calon ketua umum yang meraih dukungan di atas 30 persen dari 554 suara berhak maju ke putaran kedua.

Akom -panggilan akrab Ade Komaruddin- memilih untuk tidak melanjutkan pemilihan ke putaran kedua. Ketua DPR itu memilih legowo dengan hasil pemilihan demi kepentingan Golkar.

Pengamat polirik Yunarto Wijaya mengapresiasi langkah Akom. Menurut Yunarto, justru langkah politik Akom telah menjadi catatan penting bagi partai berlambang beringin itu.

Berita Rekomendasi

"Bagi saya star-nya (bintang Munaslub Golkar, red) adalah Akom. Dia berhasil belajar dari pengalaman itu dan memutuskan untuk mundur, bukan Novanto," ujar Yunarto.

Direktur eksekutif Charta Politika itu menjelaskan, sebenarnya banyak pemilik suara di munaslub yang ingin merapat ke Akom jika pemilihan berlanjut ke putaran dua.

Namun, kata Yunarto menambahkan, Akom justru tak mau head to head dengan Setnov di putaran kedua.

Yunarto melihat sikap kompromis Akom itu justru penting bagi Golkar. Langkah itu, menurutnya justru mencegah Golkar dari pertarungan yang lebih keras yang biasanya muncul partai sempalan akibat kekecewaan karena kalah dalam pemilihan ketua umum.

Hal itu terbukti dengan terbentuknya Gerindra, Hanura, dan Nasdem paska Munaslub Golkar di 2004 dan 2009.

"Harus diakui ini sisi negarawan Akom yang belajar dari 2009, ketika head to head memunculkan parpol baru dan terbukti menurunkan suara Golkar," ulasnya.

Yunarto juga mengatakan, hal yang perlu segera dilakukan Golkar di bawah komando Setnov adalah mempercepat rekonsiliasi setelah setahun lebih terbelit konflik internal.

Menurutnya, semangat rekonsiliasi di munaslub harus tetap dipertahankan.

"Pasca-pertarungan luar biasa selama setahun lebih, berakhir klimaks ketika Akom mundur dan merelakan ambisinya. Minimal munas kali ini lebih steril dan jauh dari risiko perpecahan partai," tegasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas