Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Istana Akan Digeruduk Masa Antikomunis

Jumat (3/6/2016), ratusan orang dari berbagai kelompok antikomunis, akan menggelar Apel Siaga Nasional Anti-PKI yang akan dipimpin Letjend (Purn) Kiki

Editor: Adi Suhendi
zoom-in Istana Akan Digeruduk Masa Antikomunis
Tribunnews.com/ Nurmulia Rekso Purnomo
Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Muhammad Riziek Shihab (kedua dari kiri). 

Laporan Wartawan TRribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnono

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jumat (3/6/2016), ratusan orang dari berbagai kelompok antikomunis, akan menggelar Apel Siaga Nasional Anti-PKI yang akan dipimpin Letjend (Purn) Kiki Syahnakri.

Dalam konfrensi pers di Balai Kartini, Kiki mrngatakan pihaknya sudah mengantisipasi adanya penyusup yang berpotensi menjadikan apel damai itu menjadi kerusuhan.

"Menurut sistem kluster-kluster yang dari Depok, Tanggerang, dari tempat-tempat lain, Banten mungkin ada, itu kan ada pemimpinnya, jangan sampai tersusupi, kalau ada tindakan anarkis dia yang tanggungjawab," ujarnya.

Aksi tersebut juga akan diikuti ratusan purnawirawan TNI.

Kiki mengatakan walaupun para Purnawirawan tersebut fisiknya sudah menurun, namun menurutnya semangat mereka tidak bisa diremehkan.

"Walaupun kalau kehujanan sedikit kerokan, jangan salah, kalau untuk urusan begini mati juga siap," ujarnya.

Berita Rekomendasi

Imam Besar Front Pembela Islam (FPI),  Habib Riziek Shihab menyebut bahwa FPI juga akan berpartisipasi dalam apel damai tersebut.
Kata dia, komunisme adalah ajaran yang bertentangan dengan Islam yang harus diantisipasi.

"Dimulai dengan shalat berjamaah di Istiqlal, dan longmarch ke Istana," ujarnya.

"Kenapa Istana, karena dari situ sumber masalahnya," kata Habib Riziek.

Ia menyebut Istana Negara adalah sumber masalah, karena dari istana lah gagasan meminta maaf kepada kader dan pendukung Partai Komunis Indonesia (PKI) berkembang.

Ia menyayangkan hal itu, karena seharusnya pemerintah mengurus masalah lain.

"Kita punya tugas kebangsaan yang rumit dan banyak, kenapa harus membuka luka lama," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas