Tiga Pegiat Sosial Penyelesaian Konflik Mendapat Penghargaan Maarif Award
Menurutnya ketiga orang tersebut merupakan pegiat sosial dalam konflik di Poso dan Ambon.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Ia merupakan seorang aktivis yang rela tak mengambil gajinya untuk memenuhi biaya operasional kantornya. Kebutuhan sehari-hari ia penuhi dengan berjualan es lilin.
Menurutnya apa yang dilakukannya di Poso merupakan bagian dari Jihad.
"Ada yang memposisikan jihad dengan berperang. Saya berjihad mengurusi pengungsi. Bagi saya itu juga Jihad," katanya.
Sementara terkahir, yang juga mendapatkan penghargaan adalah Mosintuwu Institute. Sebuah lembaga atau gerakan perempuan yang merupakan korban konflik di Poso.
Asih, salah seorang anggota lembaga tersebut mengatakan jika merupakan korban konflik. Keluarganya berasal dari dua kelompok yang bertikai. Akibat konflik tersebut hubungan keluarganya menjadi tidak sehangat dulu.
"Dan saya bergabung dengan Mosintuwu, kita menggerakan masyarakat yang dulunya sempat tercerai berai," pungkasnya.
Maarfif Award 2016 merupakan penyelanggaraan yang ke enam sejak diadakan pertama kali pada tahun 2007.
Hingga penyelenggaraan yang ke lima pada dua tahun lalu telah 11 orang mendapat penghargaan. Mereka berasal dari berbagai penjuru tanah air.