Susi: Soal Pencuri Ikan, Indonesia Jangan Kalah Galak dengan China
Sebab, kapal dari negeri tirai bambu tersebut terbilang banyak yang menjarah ikan di wilayah teritorial Indonesia.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastusi menegaskan, menjaga hubungan baik dengan China bukan berarti kendur dalam hal penegakan hukum di sektor illegal fishing (pencurian ikan).
Sebab, kapal dari negeri tirai bambu tersebut terbilang banyak yang menjarah ikan di wilayah teritorial Indonesia.
"Hubungan baik kita harus jaga. Tapi soal pencurian ikan ya tidak termasuk hubungan baik antarlembaga dong," ujar Susi saat ditemui di kediaman Ketua DPR Ade Komarudin, Kompleks Widya Chandra, Senin (20/6/2016).
Menurut Susi, hubungan baik antarnegara dan penegakan hukum merupakan dua sisi berbeda yang sama-sama harus dijalani tanpa mengganggu satu sama lain. "Jadi masak orang mencuri disuruh kasih solusinya seperti apa. Illegal fishing tetap kita anggap illegal fishing," ujar Susi.
Susi pun mendukung penuh tindakan Komando Armada Maritim Kawasan Barat (Koarmabar) yang menembak kapal ikan berbendera China di perairan Natuna, beberapa waktu lalu.
Menurut dia, Indonesia jangan kalah 'galak' dengan China soal hal ini. "(China) protes boleh saja. Tapi itu kan hal biasa yang kita tegakkan di wilayah kedaulatan. Saya pikir TNI AL sudah betul. Jadi jangan Chinanya saja yang boleh geram. Kita juga bisa geram," ujar Susi.
Sebelumnya diberitakan, KRI Imam Bonjol-383 di bawah wewenang Koarmabar menangkap satu kapal berbendera China di perairan Natuna, Jumat pekan lalu. Kapal itu sempat melarikan diri.KRI Imam Bonjol kemudian melepaskan tembakan ke udara, namun diabaikan.
Setelah beberapa kali tembakan. KRI melepaskan tembakan ke arah lambung kapal. Akhirnya, kapal yang diawaki tujuh orang warga negara China tersebut menyerah. Kini, awak dan nahkoda dibawa ke Lanal Ranai untuk diproses hukum. (Fabian Januarius Kuwado)